Sumber Asli -- C0I -Maria Kristin kini sudah mulai menyelami profesinya yang baru. Apalagi kalau bukan sebagai pelatih. Tunggal putri andalan Indonesia, peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 itu setelah pensiun sebagai pemain akibat cidera lutut kanan yang berkepanjangan, menjadi pelatih. Di klubnya dia khusus menangani pemain U13.
Maria mengawali karier sebagai pelatih pada akhir tahun 2012 dengan menjadi asisten pelatih nomor tunggal putri U15. Kemudian pada tahun 2014, dia menjadi pelatih tunggal putri U13.
Melihat prestasi tunggal putri Indonesia saat ini yang belum mencolok, Maria menilai bahwa tantangan pemain saat ini tidak hanya menghadapi lawan tetapi juga lingkungan dan gaya hidup. Meskipun, secara fasilitas, menurutnya, pemain saat ini mendapat sarana dan prasarana yang jauh lebih baik terutama atlet yang bermukim di pelatnas PBSI Cipayung.
Bagaimana pandangannya tentang pemain dan pelatih yang sempat dan kini dijalaninya berikut pernyataan wanita kelahiran Tuban, 25 Juni 1985 saat dtemui di Kudus, Jawa Tengah, Rabu (2/9).
Mana lebih enak menjadi pemain atau pelatih? Katanya galak ya jadi pelatih?
Saya menilai, lebih sulit berperan menjadi pelatih ketimbang pemain. Melatih itu susah, lebih enak main. Kalau yang dilatih hanya satu orang mungkin beda, tetapi ini kan banyak. Sebagai pelatih saya memang cukup tegas. Memang galak tetapi saya bilang jangan salah kalau tidak mau diomelin," ujar mantan atlet kelahiran Tuban 25 Juni 1985.
Pernahkah dilanda rasa bosan?
Sebagai pelatih, kadang didera rasa bosan. Apalagi, untuk menghadapi pemain muda, harus ekstra sabar. Bosen pasti pernah, waktu jadi pemain saja juga pernah bosen. Tetapi senangnya menjadi pelatih karena yang dilatih anak kecil jadi ikut bercanda. Bisa awet muda tetapi kadang bisa juga darah tinggi. Kalau anak buah kalah bertanding juga ikut pusing.
Apa yang berat sebagai pelatih?
Saya ingin mencetak pemain unggul meskipun menurut dia hal tersebut tidak mudah. Pekerjaan sebagai pelatih nomor tunggal putri lebih berat dalam memoles kemampuan pemain. Kalau teknik bisa ditingkatkan tetapi semua tergantung bagaimana kemauan pemain. Melatih itu tidak gampang. Kalau pemain sudah tidak punya target karena keberhasilan pemain tergantung dari individu masing-masing. Pelatih bagus seperti apapun tetapi tetap saja kalau di lapangan tergantung pemain.
Bagaimana kualitas para pemain muda saat ini?
Rasanya masih sulit mencari generasi unggul di nomor tunggal putri. Kalau lihat, dari putri masih standar beda dengan putra yang sudah kelihatan. Biasanya kalau teknik pukulan sudah bagus tetapi fisiknya masih kurang, atau sebaliknya.
Bagaimana soal prestasi tunggal putri yang kurang menggembirakan sekarang?
Tantangan pemain saat ini tidak hanya menghadapi lawan tetapi juga lingkungan dan gaya hidup. Meskipun, secara fasilitas, pemain saat ini mendapat sarana dan prasarana yang jauh lebih baik terutama atlet yang bermukim di pelatnas PBSI Cipayung. Sekarang musuh lebih banyak, tidak hanya pemain tetapi juga lingkungan dan lainnya. Apalagi sekarang persaingan di nomor tunggal putri lebih ketat. ***
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar