Kamis, 10 Agustus 2017

Memaknai Smes Olahraga Jokowi

 Oleh Gungde Ariwangsa SH


Sumber Asli -- C0I - Saat melepas Kontingen Indonesia ke SEA Games 2017 Malaysia, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyempatkan diri bermain tenis meja. Presiden yang berpasangan dengan Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir menghadapi duet Susy Susanti/Yopie Warsono. Pertandingan  di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Senin (7/8) mendapat sambutan meriah dari para atlet, pelatih dan pembina serta undangan yang hadir.

Presiden Jokowi termasuk lincah bermain memainkan bet. Bahkan beberapa kali mengeluarkan smash (smes) ke arah lawannya. Meskipun ada yang menyangkut di net namun Jokowi tidak lelah melancarkan smes untuk mengatasi lawan. Apalagi ada teriakan "Smes lagi, Pak," dari beberapa atlet.

Penampilan Jokowi bermain tenis meja sama seperti yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat menerima kontingen atlet difabel Indonesia. Namun kala itu SBY bermain tunggal, bukan seperti Jokowi yang memilih main ganda,  melawan atlet peraih tujuh medali emas pada ASEAN Para Games 2011 David Yakub. Pertandingan yang berlangsung di Istana Merdeka itu juga seru.

Tentu sungguh menggembirakan pemimpin negara ini hobi berolahraga. Ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi rakyat untuk berolahraga demi menciptakan badan dan jiwa yang sehat serta prestasi untuk mengangkat nama bangsa dan negara melalui olahraga di fora internasional. Selain itu, dengan memainkan langsung olahraga membuktikan pemimpin negara ini mempunyai perhatian terhadap olahraga. Dengan demikian tinggal para pembantunya menterjemahkan hal ini dengan baik untuk membangun olahraga Indonesia dengan baik dan berprestasi membanggakan pula.

Namun melihat kenyataan di lapangan, saat ini olahraga belumlah menjadi leading sector dalam pembangunan di Indonesia. Berbeda dengan masa pemerintahan Presiden RI I, Soekarno yang menempatkan olahraga sebagai sektor andalan dalam membangun bangsa dan juga menunjukkan eksistensi  Indonesia sebagai bangsa merdeka di tingkat dunia. Indonesia pun menjadi kekuatan olahraga yang menggetarkan dan dipuji dengan sukses prestasi dan penyelanggaraan Asian Games IV tahun 1962.

Kondisi olahraga saat ini sungguh memprihatinkan. Ironi paling jelas tentunya bisa dilihat pada kondisi cabang olahraga yang dimainkan Jokowi dan SBY yaitu tenis meja. Tenis meja saat ini terpecah dua. Ada Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) pimpinan Lukman Edi dan Pengurus Pusat (PP) PTMSI yang dinakhodai Oegroseno.

Perpecahan itu membuat prestasi tenis meja Indonesia terus merosot. Bila dulu mampu menggetarkan dunia dan menjadi raksasa di Asia Tenggara maka kini jauh tertinggal dari negara-negara tetangga. Di dalam negeri sendiri tenis meja seperti berada dalam kondisi hidup segan mati pun tidak mau.

Selain ironi tenis meja, secara umum, olahraga Indonesia belum mendapat penanganan secara sempurna. Tidak ada keharmonisan yang iklas dan tulus dari lembaga-lembaga tinggi olahraga nasional. Penonjolan ego sektoral masih terjadi sehingga tarik-menarik kepentingan kerap terjadi. Sudah begitu pemerintah yang mendapat amanat dan kekuasaan luar biasa membangun olahraga dalam Undang Undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) Nomor 3 Tahun 2005 belum mampu menelorkan kebijakan yang berjenjang, berkesinambungan dan fokus mengarah kepada sasaran prestasi dunia.

Alokasi anggaran untuk olahraga pun masih jauh dari harapan. Sudah begitu dana yang ada tidak bisa disalurkan secara tepat dengan tujuan mencetak peningkatan prestasi. Bahkan sangat menyedihkan dana yang terbatas untuk olahraga itu dimainkan oleh tangan-tangan jahil sehingga muncul kasus korupsi di olahraga.

Bisa disebutkan di sini kasus Wisma Atlet SEA Games 2011, Hambalang dan Dana Sosialisasi Asian Games 2018 membuktikan olahraga sudah berubah dari ajang prestasi menjadi ladang korupsi. Terakhir, status disclaimer untuk kedua kalinya laporang keuangan Kemenpora oleh Badan Pemeriksa Keuangan membuat tanda tanya besar. Ada apa?

Kondisi itu membuat kepentingan atlet dikesampingkan dan dikorbankan. Sangat aneh rasanya dalam setiap menghadapi pesta olahraga tingkat Asia Tengara (SEA Games), Asia (Asian Games), dan dunia (olimpiade) persiapan para atlet Merah Putih kerap menghadapi kendala.  Uang saku terlampat, program uji coba dan latihan tidak bisa dilaksanakan sesuai program, peralatan terlambat menjadi cerita bersambung yang tidak mampu ditutup dengan happy ending.

Cerita terus berulang karena Kemenpora, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan super body Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) seperti berjalan sendiri-sendiri dalam menangani olahraga prestasi Indonesia. Masing-masing merasa bisa dan hebat. Padahal nyatanya prestasi terus merosot.

Petinggi pemangku olahraga prestasi Indonesia itu tidak mampu mewujudkan suatu program yang satu arah dan satu tujuan serta bisa dilaksanaka secara bersama seiring sejalan. Masyarakat menjadi bingung karena kebijakan olahraga terus berubah setiap ganti pejabat. Sudah begitu pembagian tugas dan kewenangan seperti tumpang tindih antarlembaga pembinaan prestasi tersebut.

Persiapan kontingen Indonesia menuju SEA Games 2017 di Malaysia menggambarkan  buruknya kondisi penanganan olahraga Indonesia. Dalam menentukan target saja tidak ada satu kata. Sudah begitu Indonesia sebagai negara yang pernah begitu adidaya kini tidak berani lagi bersuara lantang untuk melontarkan target juara umum. Para pembina mengambil sikap aman dengan target minimalis. Parahnya lagi ada yang mengecilkan arti prestasi SEA Games dengan memberi mimpi fokus ke prestasi Olimpiade.

Coba dengar jawaban yang muncul ketika ditanya masalah target di SEA Games 2017? Ada yang mengatakan SEA Games bukan target utama. Hanya sebagai sasaran antara menuju Asian Games. Indonesia cukup masuk tiga besar saja sudah luar biasa.

Diakui atau tidak, SEA Games merupakan tahapan awal langkah sebelum bicara lantang ke tingkat Asia dan dunia. Jika SEA Games sebagai fondasi saja masih kropos bagaimana mampu membangun ketangguhan di Asia dan kejayaan di dunia. 

Maka sangatlah tepat apa yang dinyatakan Presiden Jokowi ketika melepas Kontingen Indonesia menuju SEA Games 2017. Presiden menolak anggapan, jika pengiriman kontingen Indonesia ke ajang pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara di Kuala Lumpur, Malaysia, hanya sebagai ajang percobaan untuk Asian Games XVIII Tahun 2018, yang akan digelar di Palembang dan Jakarta, tahun 2018 mendatang.

“Masa percobaan. SEA Games ya SEA Games dan targetnya emas ya emas, targetnya juara ya juara. Dan ini nanti menjadi batu untuk melompat ke Asian Games, persiapan menuju ke Asian Games, arahnya ke sana,” kata Presiden.

Bahkan Kepala Negara mengingatkan, sebagai negara besar, Indonesia mestinya memasang target juara umum pada ajang SEA Games XXIX. Jika sebelumnya, Indonesia sudah 10 kali juara umum SEA Games maka kalau bisa menjadi 11 kali akan jauh lebih baik.

Tampaknya Presiden Jokowi bukan hanya ahli melancarkan smes di meja ping pong. Dari pernyataannya itu Presiden juga ahli memberi smes kepada para petinggi pembina olahraga Indonesia. Ternyata cita-cita besarnya tidak mampu diterjemhkan secara baik dan tepat oleh orang-orang  kepercayaannya di olahraga. Jadi, jika masih kerdil dan berpikiran sektoral maka prestasi yang diraih pun akan semakin kerdil dan tercerai berai serta lama-lama lenyap. ***

Gungde Ariwangsa SH, wartawan pemegang kartu utama yang juga Ketua Harian SIWO PWI Pusat. HP: 082110068126, E-mail: aagwaa@yahoo.com
***
-->

READ MORE»

Sabtu, 29 Juli 2017

Murdaya Po: Menteri Pariwisata dan Menteri Pemuda Dan Olahraga Harus Lebih Kooperatif

 
Sumber Asli -- C0I - Naiknya Murdaya Widyawimarta Po menduduki jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) masa bakti 2014 - 2018 sempat menuai protes dan ketidak puasan beberapa pihak. Tidak mengherankan bila usai Musyawah Nasional PGI di Bali, Mei 2014, kepengurusan Murdaya Po - demikian panggilan akrab Murdaya Widyawimarta Po, terus digoyang. Bahkan lahir front Penyelamatan Golf Indonesia yang menuntut agar diadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa untuk memilih Ketua Umum PB PGI yang baru.



Namun terpaan angin kencang itu secara perlahan-lahan surut. Murdaya Po tetap tegar memimpin PGI. Berbagai program untuk mengangkat prestasi golf Indonesia ke tingkat dunia pun mampu dijalankan oleh pengusaha sukses itu. Kini tidak terasa tiga tahun sudah Murdaya Po menjadi orang nomor satu di kancah golf nasional.

Bagaimana Murdaya Po mampu bertahan dan apa pandangannya tentang potensi golf Indonesia? Berikut petikan pernyataannya dalam Halal Bihalal PB PGI dengan insan pers di Pondok Indah Golf, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2017) yang disajikan dalam bentuk tanya jawab oleh Gungde Ariwangsa reporter Cinta Olahraga Indonesia (COI) pers.com.

Awalnya banyak tantangan yang menghadang kepemimpinan Anda di PGI. Namun nyata Anda bisa bertahan sampai tiga tahun menjadi Ketua Umum PGI. Apa rahasianya?

Memimpin organisasi golf Indonesia (PGI) bukan pekerjaan yang mudah. Berbagai kendala harus dihadapi. Begitu juga ada yang pro dan kontra. Tapi ini tidak mengendorkan semangat saya untuk terus melakukan pembinaan olahraga golf demi prestasi negeri.Bagi saya  memimpin sebuah organisasi olahraga adalah sebuah pengalaman istimewa. Saya tetap optimistis Indonesia mempunyai potensi besar untuk mencetak prestasi di cabang olahraga golf di masa mendatang.

Apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan hal itu?

Dalam kepengurusan PB PGI yang sekarang, tiga pilar pembinaan yang dijalankan mmebuat pertandingan berkala dan bermutu, pelatihan kelas dunia, dan rangking system yang adil dan terbuka. Setiap pegolf diminta untuk memiliki program masing-masing dan boleh dilatih oleh pelatih yang berbeda-beda. Tapi, mereka harus memiliki platform pelatihan yang sama.

Tahun ini, PB PGI juga menerapkan program National Development Program (NDP). Program ini dibuat untuk memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada pegolf Indonesia secara keseluruhan. Tujuannya, adalah memberikan pengalaman untuk berkompetisi, bersaing, dan menang. Dalam hal ini, PB PGI memberikan dukungan dalam bentuk memberikan subsidi untuk uji coba turnamen-turnamen di luar negeri atau pelatihan khusus. Contohnya, adalah trainning assesment camp yang pernah diselenggarakan.

Bagaimana hasilnya?

Dalam hal.pembinaan pegolf secara umum, Ketua Sub Bidang Pembinaan Prestasi Ari Hufrijantoro menyatakan puas dengan keberadaan para pegolf elit yang ada saat ini. Yang masuk rangking dunia (WAGR) makin banyak, sudah hampir 40 pegolf. Ada tiga pegolf yang sudah ada di 300 dunia. Yakni, Naaraje, Jonathan dan pegolf putri Inez Beatrice.

Dan skor pegolf amatir Indonesia masih bagus. Baru pernah terjadi ada pegolf amatir Indonesia yang bisa bermain under 20 di lapangan besar yang sulit. Saat ini, pegolf pro dan amatir hanya dibedakan status, tidak menggambarkan kemampuan bermain mereka.


Bulan Agustus ada SEA Games 2017 di Malaysia, apa target PGI?

Dalam menghadapi SEA Games 2017 di Malaysia, PB PGI telah menetapkan tujuh atlet untuk tampil di Kuala Lumpur, 19-31 Agustus mendatang. Tim putra diperkuat Jonathan Wijono, Naraajie Emerald Ramadhanputra, Almay Rayhan Yagutah, dan Kevin Caesario Akbar. Atum putri ada Rivani Adelia Sihotang, Tatiana Jacueline Wijaya, dan Ida Ayu Indira Melati Putri. Mereka didampingi pelatih Alga Topan, David Milne, dan Lawrie Montague.

Targetnya harus lebih baik dari dua tahun lalu. Kali ini persiapannya lebih matang. Saya tidak mau ngomong emas, perak atau perunggu. Pokoknya lebih bagus dari sebelumnya. Di atas kertas, pegolf putra-putri Indonesia punya peluang untuk mendapatkan satu emas di SEA Games Malaysia 2017. Mereka adalah pegolf terbaik Indonesia karena pemilihan tim bersifat obyektif. Ada beberapa indikator penilaian, yaitu berdasarkan rangking tertinggi World Amateur Gok Rangking (WAGR), order of merit PB PGI dan coach pick untuk menentukan strategi yang diterapkan.

Setelah SEA Games 2017 apa program berikutnya?

Habis SEA Games PGI dipercaya menjadi tuan rumah 2017 SEA Amateur Golf Team Championship (Putra Cup, Santi Cup, Lion City & Kartini Cup). Kejuaraan golf amatir Asia Tenggara itu rencananya akan digelar di Gading Raya Padang Golf & Klub, Serpong, Banten, 4-8 September 2017 mendatang. 

Penyelanggaraan kejuaraan itu merupakan salah satu bentuk upaya PB PGI untuk meningkatkan prestasi para pegolf Indonesia. Event ini sangat baik untuk meningkatkan kepercayaan diri para pegolf Indonesia.

Saya berharap para pegolf Indonesia bisa berprestasi. Selain itu, sebagai tuan rumah kita bisa sekaligus mempromosikan lapangan golf di Indonesia.

Ada perpaduan prestasi dan promosi untuk Indonesia?

Ya betul. Golf selain untuk mencetak prestasi atlet juga bisa menjadi promosi Indonesia. Kita ini memiliki banyak lapangan golf yang bagus yang tersebar di berbagai daerah. Ini bisa dimanfaatkan untuk promisi Indonesia melalui wisata golf. Makanya, kita perlu keterlibatan pemerintah dalam mendukung kesuksesan penyelrnggaraan dan program peningkatan prestasi atlet golf Indonesia.

Karena itu saya  meminta pemerintah yakni Menteri Pariwisata dan Menteri Olahraga lebih kooperatif dan mau kerja sama. Kualitas lapangan-lapangan kita sangat bagus ditunjang dengam fasilitas yang lengkap. Potensi besar yang harus diangkat bersama-sama untuk prestasi dan promosi Indonesia melalui golf.

Program lainnya?

Selain menggelar event skala nasional dan internasional, PB PGI juga menggelar pelatihan pengenalan aturan golf. Dari Bidang Badan Profesi PB PGI, tahun ini dijadwalkan ada satu kali pelatihan rule school level I dan sekali level II. Level I Rules School telah digelar di Gading Raya Padang Golf & Klub, Tangerang, Banten, 28 Februari- 1 Maret lalu. Total ada 69 peserta yang ikut berpartisipasi dan ada 59 orang yang lulus.

Rules School Level II rencananya akan diselenggarakan di Gading Golf Raya, 14-15 Agustus ini. Ada dua kategori peserta yaitu full participant yang akan mengikuti materi ujian selama dua hari dan sit-in exam yang hanya akan mengikuti ujian. Untuk full participant dibatasi maksimal 40 peserta. Sedangkan kategori sit-in exam akan disesuaikan dengan kondisi.

Dari hasil pelatihan,  peran peserta yang lulus kepelatihan sangat diharapkan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang rules golf kepada masyarakat golf di sekitarnya. Selain itu, mereka juga bisa menjadi observer atau mendampingi referee di urnamen-turnamen lokal. ***

-->

READ MORE»

Sabtu, 22 Juli 2017

Kejurnas Catur 2017: Benamkan Jakarta Dan Jabar, Jatim Juara Umum


Sumber Asli -- C0I - Jawa Timur merampas gelar juara umum dari DKI Jakarta pada Kejuaraan Nasional Catur 2017 yang berakhir Jumat (21/7/2017) malam di Cipayung, Bogor, Jawa Barat. Untuk nomor perseorangan gelar bergengsi diraih Novendra Priasmoro dan Aisyah Anisa.


            Jawa Timur berhasil meraih juara umum dengan perolehan medali terbanyak lima medali emas, empat medali perak, dan dua medali perunggu. Posisi kedua direbut oleh tim catur dari Jabar dengan empat medali emas, empat medali perak, dan tiga medali perunggu. Sedangkan juara bertahan DKI Jakarta tergeser ke posisi ketiga dengan tiga medali emas, lima perak, dan lima medali perunggu.
            Untuk kategori catur terbuka dalam kejuaraan catur nasional ke-46 itu MI (Master International) Novendra Priasmoro dari DKI Jakarta, dan WFM (Women Fide Master) Aisyah Anisa dari Jawa Timur berhasil merebut juara pertama
            Novendra Priasmoro berjaya setelah memimpin dengan mengumpulkan 8,5 poin.
Kemenangan Novendra di kejurnas itu bukan suatu hal yang mudah didapat mengingat persaingan pada hari terakhir kejurnas berlangsung alot. Novendra memastikan juara setelah pada dua babak terakhir meraih sekali menang dan sekali remis, sehingga secara total 10 babak pertandingan dia memimpin dengan mengumpulkan 8,5 poin.
Pada pertandingan babak sembilan, Novendra mampu mengalahkan senior dia yang juga unggulan pertama GM Susanto Megaranto (Jabar), dan pada babak terakhir 10 bermain remis melawan Yoseph T Taher (PB).
            Ketika ditanya tentang kemenangannya itu, Novendra mengatakan dirinya telah mempersiapkan diri untuk kejurnas ini. "Tentu saja saya sangat senang dengan kemenangan ini," kata Novendra yang juga pernah mempersembahkan medali emas bagi DKI Jakarta pada PON 2016 di Bandung. "Saya sudah mempersiapkan diri untuk Kejurnas ini sejak 12 Juli lalu," katanya.
            Namun pecatur DKI itu juga mengakui bahwa persaingan di Kejurnas sangat ketat.
"Ini tidak mudah, banyak pemain top di sini, termasuk para pecatur bergelar grand master, tapi saya tidak merasa beban karena sudah sering berhadapan dengan mereka," katanya.
"Ini kejurnas kelompok senior pertama yang saya ikuti, tambahnya.
            Sementara itu pecatur Jabar yang sempat memimpin klasemen sementara kejurnas catur itu, FM Anjas Novita, harus puas di posis kedua dengan mengumpulkan total 8 poin.
Sedangkan pecatur nomor satu Indonesia GM Susanto Megaranto berada di urutan ketiga dengan 7,5 poin.
Sementara di bagian putri, juara pertama diraih  oleh  WFM Aisyah  Anisa dari Jawa Timur dengan perolehan poin tertinggi 7. Berada di tempat kedua adalah WNM (Women National Master) Madya Anggraini juga dari Jawa Timur  dengan poin 6.5, sementara di tempat ketiga diraih oleh Kadijah Qurrotain dengan poin 6.5.
Ketua Panitia Penyelenggara Dr Willy M. Yoseph mengatakan kejurnas  diikuti oleh 746 pecatur dari 32 provinsi seluruh Indonesia. Kejurnas  akan menjadi tonggak sejarah karena melalui kejurnas ini PB Percasi bertekat mencetak Grand Master (GM) kelas dunia.

Willy M Yoseph di Cisarua, Bogor, Jawa Barat mengatakan kejurnas kali ini dibuatkan tema: "Bangkit Catur Indonesia, Mencetak Grand Master Kelas Dunia." Bukan baru sekarang kita berniat menecetak GM kelas dunia. Ini sebenarnya sudah berlangsung sejak beberapa dekade yang lalu. Bahkan Indonesia sudah memiliki beberapa GM yang usianya masih muda. Akan tetapi semuanya seperti masih sporadis. Belum dapat bersaing hebat dengan Grand Master luar negeri.

Kita kalah jauh dengan Vietnam, Philipina, Singapura, dan Malaysia. Di tingkat Asia jauh lebih kalah lagi. Dengan China, prestasi dan kehebatan GM mereka tak setara dengan kita. Bahkan tak bisa. Untuk dibandingkan. Karena itu kita ingin memiki GM kakiber dunia, dan ini butuh tekad kuat dengan program-pogram yang besar dan semua memikiki komitmen yang kuat untuk melaksanakan komitmen itu yaitu mencetak GM kaliber dunia,” ucapnya.***
-->

READ MORE»

Tour Of Duty Prestasi Utut Adianto Untuk Cipatakan Kader-kader GM Di 34 Provinsi


Sumber Asli -- C0I - Utut Adianto sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) yang baru, kembali menegaskan  janji besarnya Tour Of Duty Prestasi ke 34 provinsi. Dia akan mengunjungi 34 Pengurus Provinsi Percasi sambil membawa Grand Masters atau Master Internasional untuk memberikan pelatihan di daerah yang dikunjunginya.


            “Saya akan lakukan kunjungan ke seluruh Pengprov. Mungkin setiap Sabtu dan Minggu. Saya akan bawa Grand Masters atau Masters Internasional untuk memberikan pelatihan di daerah-daerah. Kita ingin memperbaiki sistem pembinaan prestasi catur sehingga bisa menyebar dan merata ke seluruh Indonesia,” ujar Utut Adianto yang disambut tepuk tangan gemuruh hadirin saat memberikan sambutan dalam penutupan Musyawarah Nasional Percasi dan Kejuaraan Nasional Catur 2017  di hotel Grand Cempaka Resort, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/7/2017).
            Utut yang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) itu menambahkan, GM/MI yang dibawanya nanti akan diminta memberikan pelatihan selama satu minggu di daerah. Ini untuk mengangkat prestasi catur di daerah-daerah terutama di luar Pulau Jawa. Untuk itu dia meminta agar daerah menyiapkan para pecatur yang akan mendapat pelatihan itu.
            “Kita akan perbaiki sistem pembinaan. Selama ini hanya tunplek di Jawa. Padahal banyak bibit potensial di daerah lainnya. Memang ini berat karena mengunjungi 34 provinsi bisa membutuhkan waktu 3 tahun. Namun saya siap untuk melakukannya demi kejayaan caur Indonesia,” kata Ketua Umum PB Percasi 2017 - 2021 itu.
            Dari Tour of Duty Prestasi ini diharapkan akan lahir pecatur-pecatur andalan Indonesia. Muncul GM-GM baru sebagai penerus jejak lankah yang sudah dilakukan oleh para pecatur senior diantaranya Utut Adianto sendiri.
            Lebih lanjut kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menegaskan, tugas berat sudah menanti PB Percasi ke depan. Dibutuhkan kerja keras dan ketekunan yang kuat untuk menghadapinya. Dia percaya, sepanjang semua antusias, terutama orangtua para pecatur, semua akan bisa dihadapi dan dilalui dengan hasil yang terbaik.
            Disebutkan, tahun 2018, sudah menanti Olimpiade Catur. Dia berharap pada event ini Indonesia bisa masuk posisi 20 besar dunia sebagai pondasi untuk mengejar peringkat 10 besar tahun 2020. “Susanto Megaranto dan kawan-kawan harus kerja keras,” tutur GM kebanggaan Indonesia itu berharap.
            Selain membutuhkan kerja keras dan ketekunan, kata Utut, dibutuhkan juga dukungan dana yang tidak kecil. Namun selama pembina catur Indonesia, Eka Putra Wirya masih semangat masalah dukungan dana ini bisa dicarikan solusinya. Yang penting, para pecatur siap menjawab dengan kerja keras dan ketekunan dalam mengejar prestasi.
            Dalam bagian lain, Utut menyinggung, sampai saat ini, olahraga catur yang sudah mampu mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional, belum memiliki kantor sendiri. Karena itu, anggota Komisi X DPR RI ini, akan berjuang untuk bisa membangun kantor Percasi yang berdiri sendiri. “Kalau nanti bisa dibangun maka gedung itu akan dihibahkan untuk catur Indonesia. Namanya gedungnya bukan Utut atau siapa pun namun Gedung Percasi karena ini untuk catur Indonesia,” ucapnya yang lagi-lagi disambut tepuk tangan hadirin.
Sebelumnya ketika terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PB Percasi dalam musyawarah nasional (Munas) Percasi yang diselenggarakan di hotel Grand Cempaka Resort, Cisarua, Bogor, Senin (17/7/2017), Utut berjanji,  tiap ke daerah dia akan membawa seorang pecatur bergelar GM untuk memberikan couching clinic di tiap daerah. "Jangan khawatir, semua dibayar oleh PB Percasi," ucap Utut. ***
***
-->

READ MORE»
Copyright 2013 berita hangat - Template by Efachresya - Editor premium Top coi