Rabu, 02 September 2015

Wawancara > HENGKY SAWANGKI: Pada Munas KONI November 2015, i KONI – KOI Sudah Bisa Bersatu


Sumber Asli -- C0I -Perdebatan seputar upaya penyatuan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) makin menghangat belakangan ini. Hal ini menyusul semakin menajamnya konflik antara kedua pimpinan tertinggi lembaga tersebut, Tono Suratman selaku Ketua KONI Pusat dan Rita Subowo selaku Ketua KOI.
    Sejak dipisahnya Ketua Umum KONI Pusat dan Ketua KOI pada Munas KONI di Mataran, Nusa Tenggara Barat, Desember 2011, prestasi atlet Indonesia terjun bebas. Diawali dengan Olimpiade London 2012, dimana Indonesia yang selama ini selalu meraih medali emas sejak Olimpiade
Barcelona 1992, pada Olimpiade London 2012 hasilnya nihil. Jangankan emas, perunggu pun tidak.
    Dua SEA Games terakhir, Myanmar 2013 dan Singapura 2015 Indonesia kian terpuruk. Begitu juga Asian Games Incheon 2014. Kegagalan demi kegagalan itu telah menimbulkan gesekan antara KONI dan KOI karena mereka saling menyalahkan.
    Bertolak dari kondisi tersebut, kaukus (forum Komunikasi ) KONI Provinsi seluruh Indonesia mengadakan pertemuan di Jakarta, Jumat (28/8), yang menghasilkan beberapa rekomendasi. Di antaranya termasuk upaya penyatuan KONI – KOI.
    Bagaimana komentar peserta kaukus terhadap kondisi olahraga Tanah Air belakangan ini, sehingga dipandang perlu penyatuan KONI – KOI ke depan, berikut pernyataan perwakilan KONI Papua Hengky Sawengki di Jakarta, Sabtu (29/8).

Apa saja yang dibahas dalam pertemuan KONI-KONI Provinsi yang diikuti sekitar 25 provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia ini?

    Cukup banyak. Mulai dari penggunaan dana hibah dimana ada pencerahan dari Kejaksaan. Kemudian penyatuan KONI – KOI juga dibahas, dan termasuk penentuan cabang olahraga dan nomor pertandingan di Pekan Olahraga Nasional (PON).

Tentang penyatuan KONI – KOI apakah begitu urgen?

    Ya, karena menurut kita selama ini tidak ada kemajuan dalam prestasi olahraga dengan terpisahnya KONI dan KOI. Selama ini olahraga kita seakan terpecah. Satu ikut KONI, satu lagi ikut KO. Padahal fungsi masing-masing sudah jelas. KONI melakukan pembinaan dengan menyiapkan atlet untuk mengikuti ajang multi event, sedangkan KOI bertugas pada penyelenggaraan. Ibaratnya KONI itu koki yang memasak di dapur, sementara koi yang menjual.
Tapi yang terjadi selama ini kalau dagangan KOI tidak laku, dibilang KONI yang memasak tidak becus. Celakanya di sini kalau sukses KOI dapat nama, tapi kalau gagal KONI yang disalahkan.

Apa yang mendesak sehingga sebegitu penting KONI dan KOI disatukan?

    Hubungan kedua lembaga itu tidak harmonis. Kondisi itu sedikit banyak memengaruhi prestasi olahraga Indonesia di pentas internasional. Tidak terkecuali di ajang SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade. Pada SEA Games 2015 Singapura Indonesia hanya menempati peringkat lima klasemen akhir perolehan medali. Bahkan sebelum SEA Games 2015 berlangsung, KOI dan KONI masih bersitegang mengenai logo organisasi.

Sudah sejauh mana upaya penyatuan KONI – KOI ini berjalan?

    Prosesnya sudah berjalan sejak lama. Dimulai dengan amandemen Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Cuma lamban sekali. Inilah yang kita desak untuk dipercepat. Kalau bisa pada Munas KONI November 2015 ini KONI – KOI sudah bisa bersatu.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
-->

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2013 berita hangat - Template by Efachresya - Editor premium Top coi