Sumber Asli -- C0I - Turnamen sepakbola bentukan Tim Transisi Kementrian Pemuda Dan Olahraga (Kemenpora) pimpinan Menpora Imam Nahrawi sudah berakhir dengan juara PSMS Medan, Minggu (13/9). Namun ternyata banyak catatan buruk yang perlu diwaspadai dalam pelaksanaan turnamen yang disebut-sebut sebagai manajemen modern dan profesional sepakbola Indonesia. Fakta menunjukkan manajemen berantakan dan yang meprihatinkan wasit terhukum malah ditugaskan memimpin pertandingan.
Tidak heran bila Pengamat sepak bola nasional, Mahfudin Nigara mengaku tak habis pikir dengan buruknya tata kelola turnamen Piala Kemerdekaan bentukan tim Transisi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Hal ini terlihat dari beberapa masalah yang terlihat dari turnamen tersebut. Seperti adanya pemukulan terhadap perangkat pertandingan, belum dibayarkannya match fee terhadap tim peserta, juga honor wasit, lalu instruktur wasit Aris Munandar dan Bagong Yuwono yang oleh PSSI dihukum seumur hidup dan hukuman lima tahun malah mendapat tugas di Piala Kemerdekaan oleh tim Transisi.
“Piala Kemerdekaan masih jauh dari kata profesional dan sangat buruk pengelolaannya. Penegakan rule of the game juga tidak diikuti. Padahal mereka selalu bilang tata kelola yang baik di sepak bola,” kata pria yang biasa disapa Nigara itu.
“Terlambatnya match fee kepada tim, perangkat pertandingan, kekerasan terhadap perangkat pertandingan, pemakaian wasit yang sudah dihukum PSSI adalah contoh buruk yang dilakukan tim Transisi,” tambah mantan manajer Persija Jakarta ini.
Menurut Nigara, turnamen ini seperti ajang yang dipaksakan demi adanya sebuah pertandingan karena vakumnya kompetisi. “Penyebabnya semua berawal dari SK pembekuan Kemenpora terhadap PSSI. Seharusnya Menpora mencabut SK pembekuan lalu sama-sama membangun sepak bola Indonesia dengan PSSI. Bukan malah seperti ini jadinya,” jelas Nigara.
Pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini melihat orang-orang yang mengelola Piala Kemerdekaan ini tidak berpengalaman. “Mengurus sepak bola itu tidak gampang, apalagi di tim transisi maupun pengelola Piala Kemerdekaan banyak yang tidak tahu sepak bola nasional. Setiap turnamen itu harus mendapatkan otorisasi dari PSSI, agar semuanya lebih tertata dalam hal pengelolaan maupun teknis di lapangan karena PSSI selalu mengikuti aturan dari FIFA maupun AFC,” tukasnya.
--> Tidak heran bila Pengamat sepak bola nasional, Mahfudin Nigara mengaku tak habis pikir dengan buruknya tata kelola turnamen Piala Kemerdekaan bentukan tim Transisi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Hal ini terlihat dari beberapa masalah yang terlihat dari turnamen tersebut. Seperti adanya pemukulan terhadap perangkat pertandingan, belum dibayarkannya match fee terhadap tim peserta, juga honor wasit, lalu instruktur wasit Aris Munandar dan Bagong Yuwono yang oleh PSSI dihukum seumur hidup dan hukuman lima tahun malah mendapat tugas di Piala Kemerdekaan oleh tim Transisi.
“Piala Kemerdekaan masih jauh dari kata profesional dan sangat buruk pengelolaannya. Penegakan rule of the game juga tidak diikuti. Padahal mereka selalu bilang tata kelola yang baik di sepak bola,” kata pria yang biasa disapa Nigara itu.
“Terlambatnya match fee kepada tim, perangkat pertandingan, kekerasan terhadap perangkat pertandingan, pemakaian wasit yang sudah dihukum PSSI adalah contoh buruk yang dilakukan tim Transisi,” tambah mantan manajer Persija Jakarta ini.
Menurut Nigara, turnamen ini seperti ajang yang dipaksakan demi adanya sebuah pertandingan karena vakumnya kompetisi. “Penyebabnya semua berawal dari SK pembekuan Kemenpora terhadap PSSI. Seharusnya Menpora mencabut SK pembekuan lalu sama-sama membangun sepak bola Indonesia dengan PSSI. Bukan malah seperti ini jadinya,” jelas Nigara.
Pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini melihat orang-orang yang mengelola Piala Kemerdekaan ini tidak berpengalaman. “Mengurus sepak bola itu tidak gampang, apalagi di tim transisi maupun pengelola Piala Kemerdekaan banyak yang tidak tahu sepak bola nasional. Setiap turnamen itu harus mendapatkan otorisasi dari PSSI, agar semuanya lebih tertata dalam hal pengelolaan maupun teknis di lapangan karena PSSI selalu mengikuti aturan dari FIFA maupun AFC,” tukasnya.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar