Sumber Asli -- C0I - Sekalipun putaran kedua kompetisi sepak bola Liga Prima Indonesia (LPI) akan segera bergulir mulai 4 September 2013, penyelesaian masalah kesulitan keuangan klub belum juga teratasi. Hingga saat ini, baik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) maupun PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS-operator LPI) belum memberikan penjelasan yang terang soal skema solusi kesulitan pendaan klub-klub LPI.
Padahal, ihwal kelangkaan dana di klub-klub LPI menjadi salah satu penyebab kocar-kacirnya penyelenggaraan kompetisi LPI putaran pertama. Tidak mampunya klub membiayai pertandingan menjadi alasan banyaknya aksi walk out (WO-tak mau bertanding) yang dilakukan klub selama putaran pertama.
Berdasarkan data hasil pertandingan yang tertera di laman PT LPIS, sedikitnya ada 11 aksi WO yang dilakukan klub-klub. Lebih miris lagi, aksi WO juga sempat dilakukan klub tuan rumah. Hal ini terjadi saat Persibo Bojonegoro mundur dari pertandingan saat dijadwalkan menjamu Arema pada 18 April lalu.
Direktur Pelaksana PT LPIS, Didied Poernawan Affandi, mengaku belum bisa menuntaskan masalah kesulitan keuangan klub. ”Sedang kami cari terus jalan keluarnya,” kata Didied kepada Tempo melalui telepon, Selasa, 27 Agustus 2013. ”Kami juga sudah melaporkan hal ini dan meminta PSSI turut bersama-sama berpikir (mencari jalan keluar).”
Beberapa hari lalu, Sekretaris Jenderal PSSI Joko Driyono mengatakan PT LPIS akan menyelesaikan masalah pendanaan ini secara internal. Menurut Joko, kemauan menyelesaikan masalah dana dengan tidak melibatkan PSSI ini datang sendiri dari Direktur Pelaksana PT LPIS, Widjajanto.
Sedangkan menurut Didied, pihaknya tidak bisa sepenuhnya menjawab masalah kelangkaan dana lantaran operator liga hanya berbicara di tataran bisnis. "Kalau kami untung, keuntungan itu kami bagi," ujarnya. "Masalahnya, kami kan tidak untung. Jadi apa yang mau dibagi?"
Didied mengatakan, tiadanya sponsor yang berminat membiayai klub merupakan ujung dari keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret lalu. Dalam KLB itu diputuskan hanya empat klub LPI yang boleh bertanding dalam liga unifikasi tahun depan. Ia mencontohkan, ada investor yang sebenarnya berminat menanamkan modal di Persema Malang. Namun, investor itu mundur lantaran ragu dengan masa depan Persema di Liga Indonesia.
"Siapa sponsor yang mau membiayai klub yang masa depannya tidak jelas? Kerja sama sponsor biasanya berlangsung lima tahun," kata Didied, yang pernah menjadi Direktur Operasional Persema Malang. "Nah, ini, tahun depan nasib Persema belum jelas."
Didied mengatakan, pihaknya juga tidak bisa berbuat banyak soal aksi-aksi walk-out (tidak mau bertanding) yang dilakukan klub pada putaran pertama. "Itu ranah Komisi Disiplin PSSI," kata dia. "Kami sudah melaporkan semuanya."
Padahal, ihwal kelangkaan dana di klub-klub LPI menjadi salah satu penyebab kocar-kacirnya penyelenggaraan kompetisi LPI putaran pertama. Tidak mampunya klub membiayai pertandingan menjadi alasan banyaknya aksi walk out (WO-tak mau bertanding) yang dilakukan klub selama putaran pertama.
Berdasarkan data hasil pertandingan yang tertera di laman PT LPIS, sedikitnya ada 11 aksi WO yang dilakukan klub-klub. Lebih miris lagi, aksi WO juga sempat dilakukan klub tuan rumah. Hal ini terjadi saat Persibo Bojonegoro mundur dari pertandingan saat dijadwalkan menjamu Arema pada 18 April lalu.
Direktur Pelaksana PT LPIS, Didied Poernawan Affandi, mengaku belum bisa menuntaskan masalah kesulitan keuangan klub. ”Sedang kami cari terus jalan keluarnya,” kata Didied kepada Tempo melalui telepon, Selasa, 27 Agustus 2013. ”Kami juga sudah melaporkan hal ini dan meminta PSSI turut bersama-sama berpikir (mencari jalan keluar).”
Beberapa hari lalu, Sekretaris Jenderal PSSI Joko Driyono mengatakan PT LPIS akan menyelesaikan masalah pendanaan ini secara internal. Menurut Joko, kemauan menyelesaikan masalah dana dengan tidak melibatkan PSSI ini datang sendiri dari Direktur Pelaksana PT LPIS, Widjajanto.
Sedangkan menurut Didied, pihaknya tidak bisa sepenuhnya menjawab masalah kelangkaan dana lantaran operator liga hanya berbicara di tataran bisnis. "Kalau kami untung, keuntungan itu kami bagi," ujarnya. "Masalahnya, kami kan tidak untung. Jadi apa yang mau dibagi?"
Didied mengatakan, tiadanya sponsor yang berminat membiayai klub merupakan ujung dari keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret lalu. Dalam KLB itu diputuskan hanya empat klub LPI yang boleh bertanding dalam liga unifikasi tahun depan. Ia mencontohkan, ada investor yang sebenarnya berminat menanamkan modal di Persema Malang. Namun, investor itu mundur lantaran ragu dengan masa depan Persema di Liga Indonesia.
"Siapa sponsor yang mau membiayai klub yang masa depannya tidak jelas? Kerja sama sponsor biasanya berlangsung lima tahun," kata Didied, yang pernah menjadi Direktur Operasional Persema Malang. "Nah, ini, tahun depan nasib Persema belum jelas."
Didied mengatakan, pihaknya juga tidak bisa berbuat banyak soal aksi-aksi walk-out (tidak mau bertanding) yang dilakukan klub pada putaran pertama. "Itu ranah Komisi Disiplin PSSI," kata dia. "Kami sudah melaporkan semuanya."
- ***
-->
0 komentar:
Posting Komentar