Selama ini jamak orang memahami teh yang berkualitas itu dari Cina. Itu benar, namun kita pun harus menyadari bahwa Indonesia pun memiliki tanaman teh yang berkualitas. Hal ini wajar, sebab keberagaman sejarah tentang penemuan teh mencuat dengan beragam versi.
Akan tetapi versi cerita yang paling dominan banyak diketahui oleh masyarakat luas adalah kisah asal-usul teh pada masa Kaisar Shen Nung yang hidup sekira tahun 2737 sebelum masehi yang saat itu Kaisar tersebut dijuluki sebagai bapak obat-obatan tradisional Tiongkok.
Akan tetapi versi cerita yang paling dominan banyak diketahui oleh masyarakat luas adalah kisah asal-usul teh pada masa Kaisar Shen Nung yang hidup sekira tahun 2737 sebelum masehi yang saat itu Kaisar tersebut dijuluki sebagai bapak obat-obatan tradisional Tiongkok.
Menurut kisah legenda, suatu hari Kaisar Shen Nung sedang bercocok tanam di sudut sebuah kebun miliknya. Dan konon ia biasa merebus air dan membuat minuman pelepas dahaga selepas bekerja. Tatkala dirinya tengah berada dekat perapian dan memasak air menggunakan kuali di bawah pohon yang rindang – angin bertiup cukup kencang dan menggugurkan beberapa helai dedaunan hingga terbang dan jatuh ke dalam rebusan air dalam kuali hingga akhirnya terseduh.
Saat itu sang Kaisar meminum air dengan seduhan dedaunan kemudian dirinya merasa heran dengan rasa air yang sangat berbeda dibandingkan dengan air putih yang biasa direbusnya. Ini lebih sedap dan membuat badan menjadi lebih segar. Daun yang berguguran dan masuk ke dalam kuali itu yang kemudian dikenal dengan daun teh. Akhirnya legenda ini tersebar luas ke seluruh negeri.
Hingga sampailah tanaman teh ke Indonesia untuk kali pertama pada 1684 berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Andreas Kleyer dan di tanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Dan diadakan ujicoba penanaman teh dalam skala besar di Banyuwangi dan Purwakarta. Hasil dari ujicoba penanaman teh tersebut mencapai keberhasilan.
Hal menjadi dasar pemikiran bagi seorang ahli teh yang bernama Jacobus Isidorus Loudewijck Levian Jacobson untuk membuka akses usaha perkebunan teh di Jawa. Sampai pada 1828 di masa pemerintahan Hindia Belanda, tanaman teh menjadi primadona sebagai komoditas penting dalam perdagangan dunia. Sampai pada 1835, 200 peti tanaman teh berperan dalam pelelangan teh di Belanda untuk pertama kalinya. Semenjak itu, tanaman teh Indonesia harum namanya di kancah perdagangan internasional.
Dan beratus-ratus tahun kemudian dengan teknologi yang semakin canggih kebiasaan meminum Teh Berkualitas Asli Indonesia pun mulai mengikuti perkembangan dan memanfaatkan teknologi moderen. Seperti saat ini teh hadir dalam kemasa celup, hadir dalam kantong-kantong kecil.
0 komentar:
Posting Komentar