Sumber Asli -- C0I - Kinerja wasit di gelaran turnamen Piala Kemerdekaan yang digagas Tim Transisi Kemenpora mendapat sorotan tajam dari tim peserta. Terhangat, laga Grup C antara Persis Solo melawan Persinga Ngawi kemarin (20/8) sore di stadion Manahan diwarnai kericuhan lantaran Persis Solo tak puas dengan kinerja sang pengadil.
Kubu Laskar Sambernyawa (julukan Persis Solo, red) menganggap wasit Kangiadi memimpin laga dengan tidak adil. Beberapa kali pemain Persis Solo dijatuhkan di dalam kotak penalti tapi wasit asal Jawa Timur tersebut tidak menganggap sebagai pelanggaran.
“Kami harusnya mendapat tiga kali penalti. Tapi faktanya wasit bertindak sangat buruk dalam memimpin pertandingan,” ungkap Direktur Olahraga Persis Solo, Totok Supriyanto.
“Kan lucu juga, Persis Solo melawan Persinga Ngawi tapi wasitnya dari Jawa Timur. Kami juga tidak tahu itu wasit beneran atau tidak. Memimpin pertandingan kok seperti itu. Sebagai tuan rumah, kami tidak minta diuntungkan, tapi mbok yang tegas dan netral. Kalau seperti ini harus lapor ke Komdis (Komisi Disiplin, red) mana?” ketus Totok.
Laga tersebut sempat terhenti pada menit 83 karena kubu Persis melakukan protes keras kepada Pengawas Pertandingan dan meminta pergantian wasit. Bahkan pelatih Persis Solo, Aris Budi Sulistyo sempat terlihat menanduk hidung Asisten Wasit-1, Wulan Hadi.
“Saya tadi melakukan tindakan tak terpuji, karena memang sudah hilang kesabaran, pemain pun juga terlanjur emosi,” kata Aris pada jumpa pers seusai laga, kemarin (20/3).
Senada, pelatih PPSM Magelang Gatot Barnowo juga ikut mmenyoroti kinerja wasit. Mantan pelatih PSCS Cilacap ini menyebut kualitas wasit di Piala Kemerdekaan masih kurang dibandingkan milik PSSI di Divisi Utama.
“Wasit di Piala Kemerdekaan masih kurang intelejensinya. Saya sampai heran ini wasit lama tidak memimpin pertandingan atau memang hanya segitu kualitasnya,” tutur Gatot.
Pada hari yang sama (20/8), pertandingan antara kesebelasan Perserang Serang melawan Persika Kawarang diwarnai aksi tak terpuji dari para pemain Persika dengan mendorong bahkan sesekali menendang wasit Musa Amin.
Pertandingan lanjutan di Grup B ajang Piala Kemerdekaan yang berlangsung di Stadion Maulana Yusuf, Ciceri Kota Serang Banten ini berakhir dengan skor 0-0.
Protes yang berlebihan tersebut, karena para pemain tak terima dengan keputusan wasit dengan memberikan kartu merah pemain belakang Persika Karawang yang juga Kapten tim Ledy Utomo, setelah menjatuhkan pemain depang Perserang, Nanang saat mendapatkan peluang menit 44.
Sehari sebelumnya di Grup D, Laga antara Persebo Jaya Bondowoso dan Persekap Pasuruan, Rabu (19/8) lalu juga diwarnai insiden pemukulan wasit oleh pemain. Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan Persekap 3-2 tersebut, pemain Persebo menyerang wasit Masagus yang memberikan penalti untuk tim asal Pasuruan.
Pelatih Persebo Bondowoso Agus Winarno mengaku kecewa dengan kepemimpinan wasit Masagus selama menjalani dua laga di Grup D yang berlangsung di Stadion Wilis, Madiun.
“Bola jelas terkena perut bukan handsball. Dua kali kami kena penalti, di pertandingan pertama juga kena penalti. Kami kecewa dengan wasit yang mimpin di turnamen ini, ” ujar Pelatih Persebo Agus Winarno.
Di lapangan, pemain Persebo juga tidak menunjukkan perilaku baik. Karena kecewa dengan keputusan wasit Masagus, para pemain langsung melakukan aksi protes. Bukan hanya adu mulut, tapi juga terlihat ada yang menendang dan menarik baju wasit. Sayangnya, wasit juga tidak berani tegas memberikan kartu terhadap ulah pemain Persebo.
Menurut Agus, tindakan pemainnya lantaran tidak bisa menahan kecewa. Sebab, jika tidak ada penalti, hasil akhir akan berbeda. “Kami bukannya tidak mau kalah. Pemain sedang melakukan serangan dan menekan. Tapi tiba-tiba ada penalti yang aneh. Mental pemain jatuh,” keluhnya.
Kekecewaan terhadap sang pengadil juga diungkapkan pelatih Persepam Madura Utama, Jaya Hartono. “Wasit seperti tidak tahu yang mana advantage, dan mana yang tidak. Seperti saat laga Persepam melawan Persatu, Sirvi menerima bola dari Qischil, wasit lebih meniup peluit, meskipun Sirvi mendapatkan keuntungan. Juga pelanggaran Waluyo yang berbuah gol, seharusnya tidak perlu, karena dia memenangi duel udara, dan tidak ada melakukan sikutan kepada pemain lawan,” cetus Jaya.
“Kalau memang tidak mampu, serahkan kepada yang lain. Jangan buat malu Piala Kemerdekaan, jangan merusak sepakbola kita. Hakim garis juga sempat saya dekati, karena dia tidak menjaga orang terakhir dari tim bertahan. Mengapa pelatih saja tahu sedangkan wasit tidak? Padahal ini kesehariannya dia [hakim garis].” pungkas Jaya.
Sejak awal, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, mendengungkan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia. Hasrat itu pun diperlihatkan Menpora dengan membekukan PSSI yang menyebabkan sepak bola Indonesia diganjar sanksi FIFA.
Demi menunjukkan contoh tata kelola sepak bola yang baik, Kemenpora menggelar turnamen Piala Kemerdekaan. Cataluna Sportindo yang lebih sering mengurus turnamen futsal ditunjuk menjadi event organizer Piala Kemerdekaan.
Namun, tercatat banyak kekurangan yang masih terjadi di Piala Kemerdekaan yang dikedepankan oleh Tim Transisi bentukan Kemenpora, yang diusung oleh Kemenpora. Dari mulai penataan tempat untuk fotografer, hingga wasit yang kontroversial, hingga pemain yang malah menendang wasit.
Padahal, sebagian masyarakat pencinta sepak bola Indonesia tadinya berharap pada kebijakan dan gerakan yang diambil Menpora untuk perbaikan sepak bola tanah air. Sayangnya, hingga saat ini, Piala Kemerdekaan yang diminta menjadi contoh tata kelola sepak bola yang baik dari Kemenpora belum membuktikannya.
--> Kubu Laskar Sambernyawa (julukan Persis Solo, red) menganggap wasit Kangiadi memimpin laga dengan tidak adil. Beberapa kali pemain Persis Solo dijatuhkan di dalam kotak penalti tapi wasit asal Jawa Timur tersebut tidak menganggap sebagai pelanggaran.
“Kami harusnya mendapat tiga kali penalti. Tapi faktanya wasit bertindak sangat buruk dalam memimpin pertandingan,” ungkap Direktur Olahraga Persis Solo, Totok Supriyanto.
“Kan lucu juga, Persis Solo melawan Persinga Ngawi tapi wasitnya dari Jawa Timur. Kami juga tidak tahu itu wasit beneran atau tidak. Memimpin pertandingan kok seperti itu. Sebagai tuan rumah, kami tidak minta diuntungkan, tapi mbok yang tegas dan netral. Kalau seperti ini harus lapor ke Komdis (Komisi Disiplin, red) mana?” ketus Totok.
Laga tersebut sempat terhenti pada menit 83 karena kubu Persis melakukan protes keras kepada Pengawas Pertandingan dan meminta pergantian wasit. Bahkan pelatih Persis Solo, Aris Budi Sulistyo sempat terlihat menanduk hidung Asisten Wasit-1, Wulan Hadi.
“Saya tadi melakukan tindakan tak terpuji, karena memang sudah hilang kesabaran, pemain pun juga terlanjur emosi,” kata Aris pada jumpa pers seusai laga, kemarin (20/3).
Senada, pelatih PPSM Magelang Gatot Barnowo juga ikut mmenyoroti kinerja wasit. Mantan pelatih PSCS Cilacap ini menyebut kualitas wasit di Piala Kemerdekaan masih kurang dibandingkan milik PSSI di Divisi Utama.
“Wasit di Piala Kemerdekaan masih kurang intelejensinya. Saya sampai heran ini wasit lama tidak memimpin pertandingan atau memang hanya segitu kualitasnya,” tutur Gatot.
Pada hari yang sama (20/8), pertandingan antara kesebelasan Perserang Serang melawan Persika Kawarang diwarnai aksi tak terpuji dari para pemain Persika dengan mendorong bahkan sesekali menendang wasit Musa Amin.
Pertandingan lanjutan di Grup B ajang Piala Kemerdekaan yang berlangsung di Stadion Maulana Yusuf, Ciceri Kota Serang Banten ini berakhir dengan skor 0-0.
Protes yang berlebihan tersebut, karena para pemain tak terima dengan keputusan wasit dengan memberikan kartu merah pemain belakang Persika Karawang yang juga Kapten tim Ledy Utomo, setelah menjatuhkan pemain depang Perserang, Nanang saat mendapatkan peluang menit 44.
Sehari sebelumnya di Grup D, Laga antara Persebo Jaya Bondowoso dan Persekap Pasuruan, Rabu (19/8) lalu juga diwarnai insiden pemukulan wasit oleh pemain. Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan Persekap 3-2 tersebut, pemain Persebo menyerang wasit Masagus yang memberikan penalti untuk tim asal Pasuruan.
Pelatih Persebo Bondowoso Agus Winarno mengaku kecewa dengan kepemimpinan wasit Masagus selama menjalani dua laga di Grup D yang berlangsung di Stadion Wilis, Madiun.
“Bola jelas terkena perut bukan handsball. Dua kali kami kena penalti, di pertandingan pertama juga kena penalti. Kami kecewa dengan wasit yang mimpin di turnamen ini, ” ujar Pelatih Persebo Agus Winarno.
Di lapangan, pemain Persebo juga tidak menunjukkan perilaku baik. Karena kecewa dengan keputusan wasit Masagus, para pemain langsung melakukan aksi protes. Bukan hanya adu mulut, tapi juga terlihat ada yang menendang dan menarik baju wasit. Sayangnya, wasit juga tidak berani tegas memberikan kartu terhadap ulah pemain Persebo.
Menurut Agus, tindakan pemainnya lantaran tidak bisa menahan kecewa. Sebab, jika tidak ada penalti, hasil akhir akan berbeda. “Kami bukannya tidak mau kalah. Pemain sedang melakukan serangan dan menekan. Tapi tiba-tiba ada penalti yang aneh. Mental pemain jatuh,” keluhnya.
Kekecewaan terhadap sang pengadil juga diungkapkan pelatih Persepam Madura Utama, Jaya Hartono. “Wasit seperti tidak tahu yang mana advantage, dan mana yang tidak. Seperti saat laga Persepam melawan Persatu, Sirvi menerima bola dari Qischil, wasit lebih meniup peluit, meskipun Sirvi mendapatkan keuntungan. Juga pelanggaran Waluyo yang berbuah gol, seharusnya tidak perlu, karena dia memenangi duel udara, dan tidak ada melakukan sikutan kepada pemain lawan,” cetus Jaya.
“Kalau memang tidak mampu, serahkan kepada yang lain. Jangan buat malu Piala Kemerdekaan, jangan merusak sepakbola kita. Hakim garis juga sempat saya dekati, karena dia tidak menjaga orang terakhir dari tim bertahan. Mengapa pelatih saja tahu sedangkan wasit tidak? Padahal ini kesehariannya dia [hakim garis].” pungkas Jaya.
Sejak awal, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, mendengungkan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia. Hasrat itu pun diperlihatkan Menpora dengan membekukan PSSI yang menyebabkan sepak bola Indonesia diganjar sanksi FIFA.
Demi menunjukkan contoh tata kelola sepak bola yang baik, Kemenpora menggelar turnamen Piala Kemerdekaan. Cataluna Sportindo yang lebih sering mengurus turnamen futsal ditunjuk menjadi event organizer Piala Kemerdekaan.
Namun, tercatat banyak kekurangan yang masih terjadi di Piala Kemerdekaan yang dikedepankan oleh Tim Transisi bentukan Kemenpora, yang diusung oleh Kemenpora. Dari mulai penataan tempat untuk fotografer, hingga wasit yang kontroversial, hingga pemain yang malah menendang wasit.
Padahal, sebagian masyarakat pencinta sepak bola Indonesia tadinya berharap pada kebijakan dan gerakan yang diambil Menpora untuk perbaikan sepak bola tanah air. Sayangnya, hingga saat ini, Piala Kemerdekaan yang diminta menjadi contoh tata kelola sepak bola yang baik dari Kemenpora belum membuktikannya.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar