Sumber Asli -- C0I -Prestasi olahraga Indonesia semakin memprihatinkan. Konflik KONI dan KOI, dualisme organisasi serta penanganan atlet melalui Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas mulai menjadi perhatian khusus.
Era baru dunia olahraga dimulai dengan terobosan Kemenpora yang memberlakukan adanya Fit and Proper Test kepada calon komandan Satlak Prima. Misinya, menjadikan Satlak Prima benar-benar sebagai sarana penggodokan atlet-atlet elit yang diharapkan mampu mengibarkan Merah Putih pada ajang multi event SEA Games, Asian Games dan Olimpiade.
Ternyata upaya Kemenpora ini mendapat perhatian dari kalangan masyarakat olahraga. Sedikitnya, tujuh calon fit and proper test yang digelar di Wisma Pemuda Kemenpora, Jumat (28/8/2015). Yakni Suwarno (Ketua Satlak Prima), Achmad Sucipto (Ketua Umum PB POBSI), Lukman Niode, Richard Sam Bera (mantan perenang), Anton Subowo (Sekjen PB PBVSI), Mulyana (Praktisi olahraga dan mantan Kabid Binpres KONI) dan Sidiq Algadri (PB PJSI).
Dari semua calon tersebut, mantan Kepala Staf Angkatan laut (KASAL) Achmad Sucipto diprediksi menjadi calon terkuat untuk memegang jabatan Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2015-2018, menggantikan Suwarno yang tak lama lagi akan berakhir masa baktinya.
Konsepnya dinilai paling komprehensif dan mumpuni untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia ke depan.Sucipto terlihat lebih lugas dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang dilontarkan sembilan anggota Tim Penguji.
Ke-sembilan tim penguji adalah Tono Suratman (Ketua Umum KONI Pusat), Gatot Dewa Broto (Juru Bicara Kemenpora), Djoko Pekik Irianto (Deputi IV Kemenpora),
Inugroho, Tunas Dwidarto, Francis Wawandi, Abdul Syukur dan Bambang Rus Effendi.
Adapun pertanyaan yang dilontarkan tim penguji meliputi konsep pembinaan, cara mengatasi keterbatasan anggaran, koordinasi dengan induk cabang olahraga hingga urgensi sport intelligence.
Menjawab pertanyaan tim penguji, Sucipto yang mendapat giliran kedua tampil setelah Suwarno, mengatakan atlet itu sama seperti tentara. Jadi harus dilatih, dibekali, dimotivasi, diberi nutrisi yang cukup agar siap
berperang.
"Hanya bedanya, jadwal perang atlet sudah tetap dan rutin. Ada SEA Games, Asian Games dan Olimpiade," kata Sucipto.
Mantan Ketua Program Atlet Andalan (PAL) di era Menpora Adhyaksa Dault ini mengemukakan untuk bisa mencetak atlet andal, wajib menerapkan sport science. Karena dengan penerapan sport science semua menjadi serba terukur.
"Hal yang paling fundamental yang perlu dibenahi adalah sistem pembinaan olahraga kita. Kalau sistemnya bagus maka performa maupun prestasi akan ikut dengan sendirinya," paparnya.
Dalam mengatasi persoalan keterbatasan anggaran, Sucipto berpandangan, harus ada political will dari pemerintah yakni dengan mengeluarkan kebijakan yang mengikat. Dengan demikian, ada kepastian soal anggaran.
"Besarannya jangan lagi seperti sekarang. Harus ditambah sesuai dengan kebutuhan dan target. Karena mustahil bisa mencapai hasil maksimal dengan anggaran yang minimal," tuturnya.
Sucipto menilai kekurangan yang ada di Satlak Prima selama ini adalah koordinasi. Baik dengan birokrasi dalam hal ini Kemenpora maupun dengan induk cabor (PB/PP).
"Jika saya terpilih hal pertama yang akan saya lakukan adalah membangun komunikasi dengan seluruh stake holder olahraga. Harus terbangun mutual respect dan trust," pungkasnya.
Saat memimpin PAL, Ahmad Sucipto berhasil membawa kontingen Indonesia meraih peringkat ketiga pada SEA Games Laos 2009. Padahal, di SEA Games Nakhon Ratchasima 2007, Indonesia berada di peringkat kelima.
Bukan hanya itu, Achmad Sucipto juga memaparkan perkembangan prestasi setiap atlet secara rutin setiap minggu. Dan, program latihan satu atlet dan atlet lain disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak secara global.
Sementara, Lukman Niode yang mendapat giliran tampil ketiga mengatakan harus ada standar atau SOP yang baku dalam sistem pembinaan olahraga nasional. Menurutnya, Indonesia jangan mengadopsi sistem pembinaan negara lain, ttapu harus menciptakan suatu sistem pembinaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan sendiri.
Jalannya fit and proper test turut disaksikan oleh Menpora Imam Nahrawi.
Tampak juga Ketua Umum KOI, Rita Subowo yang menyaksikan langsung
penampilan putranya Anton Subowo saat menyampaikan paparan sebagai calon Ketua Satlak Prima.
Nantinya, dari tujuh calon akan dikerucutkan menjadi tiga. Dan dari tiga kandidat yang tersaring akan dipilih satu sebagai Ketua Satlak Prima periode 2015-2018. Pengumuman penetapan kandidat yang ditunjuk menjadi Ketua Satlak Prima rencananya akan dilakukan pada Oktober mendatang.
Bukan hanya figur ketua yang dipilih mumpuni, tetapi Satlak Prima dijadikan tempatnya kaum elit pelaku olahraga. Untuk itu,Deputi V Kemenpora, Joko Pekik Irianto menyebutkan Satlak Prima akan memberlakukan standarisasi atlet, pelatih hingga manajer tim.
"Satlak Prima itu didirikan sebagai tempat menggodok atlet-atlet elit. Begitu juga pelatih dan manajer tim yang dilibatkan. Jadi, manajemen Satlak Prima tidak boleh lagi sembarangan atlet dan pelatih yang bisa masuk ke Prima. Mereka harus memenuhi standarisasi yang ditentukan," tegas Joko Pekik Irianto.
Ketika ditanyakan mengapa standarisasi juga ditetapkan terhadap manajer tim, Joko Pekik menjawab, "Saya tak mau lagi kejadian lama terulang dimana manajer tim tidak pernah mendampingi atlet dan tak mengerti aturan pertandingan. Manajer Tim itu harus selalu hadir mendampingi tim dan bisa memanej tim dan mengerti peraturan pertandingan."
Lebih jauh, Joko Pekik juga mengakui bahwa kualitas pelatih yang ditunjuk menangani Satlak Prima perlu dilakukan perbaikan. Apalagi, Indonesia bakal menghadapi Olimpiade Rio de Jeneiro 2016, SEA Games Malaysia 2017 dan tuan rumah Asian Games 2018. "Kualitas pelatih memang perlu ditingkatkan. Dan, kita juga mendukung jika memang perlu dilibatkan pelatih asing untuk menangani atlet," tandasnya.
Penerapan standarisasi atlet, pelatih dan manajer tim yang menjadi penghuni Prima ini sudah pernah diusulkan SIWO Pusat melalui Seminar Evaluasi Prima dan Standarisasi Prestasi Sebagai Pondasi Sukses Asian Games 2018 di Hotel Twin Jakarta, Rabu (3/12/2014).
Dalam seminar itu, Ketua Panitia Pelaksana Seminar, Azhari Nasution mengatakan, dengan adanya standarisasi itu tidak ada lagi like and dislike dalam penentuan atlet, pelatih dan manajer tim.
"Dengan adanya standarisasi maka tidak ada lagi kasus pemilihan atlet, pelatih dan manajer ke multi even karena faktor like and dislike. Dengan demikian mereka yang diikutsertakan adalah yang memang pantas sesuai dengan capaian dan rekornya," ujarnya.
Bahkan, Anggota Komisi X DPR RI Dr Sofyan Tan yang memberikan sambutan dalam seminar itu meminta Menpora Imam Nahrawi dapat segera mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) terkait standarisasi prestasi olah raga.
Menurutnya, dengan adanya Permen, akan membantu setiap induk cabang olah raga (PB/PP) dan Satlak Prima setiap kali akan mengikuti ajang multi event olahraga internasional seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games XVIII 2018.
"Permen itu diterbitkan sebagai landasan hukum standarisasi olah raga kita. Baik itu soal atlet, pelatih, manajer maupun peralatan latihan dan pertandingan. Sehingga tidak ada lagi hal-hal yang mengganggu," kata Dr Sofyan Tan.
Menurut Sofyan, dengan adanya Permen standarisasi prestasi itu maka akan jelas soal siapa saja atlet, pelatih dan manajer yang layak mewakili Indonesia ke ajang SEA Games, Asian Games dan Olimpaide. Tak hanya itu, sambung Sofyan, urusan uang saku atlet dan pelatih juga harus dibuat klasifikasinya.
--> Era baru dunia olahraga dimulai dengan terobosan Kemenpora yang memberlakukan adanya Fit and Proper Test kepada calon komandan Satlak Prima. Misinya, menjadikan Satlak Prima benar-benar sebagai sarana penggodokan atlet-atlet elit yang diharapkan mampu mengibarkan Merah Putih pada ajang multi event SEA Games, Asian Games dan Olimpiade.
Ternyata upaya Kemenpora ini mendapat perhatian dari kalangan masyarakat olahraga. Sedikitnya, tujuh calon fit and proper test yang digelar di Wisma Pemuda Kemenpora, Jumat (28/8/2015). Yakni Suwarno (Ketua Satlak Prima), Achmad Sucipto (Ketua Umum PB POBSI), Lukman Niode, Richard Sam Bera (mantan perenang), Anton Subowo (Sekjen PB PBVSI), Mulyana (Praktisi olahraga dan mantan Kabid Binpres KONI) dan Sidiq Algadri (PB PJSI).
Dari semua calon tersebut, mantan Kepala Staf Angkatan laut (KASAL) Achmad Sucipto diprediksi menjadi calon terkuat untuk memegang jabatan Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2015-2018, menggantikan Suwarno yang tak lama lagi akan berakhir masa baktinya.
Konsepnya dinilai paling komprehensif dan mumpuni untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia ke depan.Sucipto terlihat lebih lugas dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang dilontarkan sembilan anggota Tim Penguji.
Ke-sembilan tim penguji adalah Tono Suratman (Ketua Umum KONI Pusat), Gatot Dewa Broto (Juru Bicara Kemenpora), Djoko Pekik Irianto (Deputi IV Kemenpora),
Inugroho, Tunas Dwidarto, Francis Wawandi, Abdul Syukur dan Bambang Rus Effendi.
Adapun pertanyaan yang dilontarkan tim penguji meliputi konsep pembinaan, cara mengatasi keterbatasan anggaran, koordinasi dengan induk cabang olahraga hingga urgensi sport intelligence.
Menjawab pertanyaan tim penguji, Sucipto yang mendapat giliran kedua tampil setelah Suwarno, mengatakan atlet itu sama seperti tentara. Jadi harus dilatih, dibekali, dimotivasi, diberi nutrisi yang cukup agar siap
berperang.
"Hanya bedanya, jadwal perang atlet sudah tetap dan rutin. Ada SEA Games, Asian Games dan Olimpiade," kata Sucipto.
Mantan Ketua Program Atlet Andalan (PAL) di era Menpora Adhyaksa Dault ini mengemukakan untuk bisa mencetak atlet andal, wajib menerapkan sport science. Karena dengan penerapan sport science semua menjadi serba terukur.
"Hal yang paling fundamental yang perlu dibenahi adalah sistem pembinaan olahraga kita. Kalau sistemnya bagus maka performa maupun prestasi akan ikut dengan sendirinya," paparnya.
Dalam mengatasi persoalan keterbatasan anggaran, Sucipto berpandangan, harus ada political will dari pemerintah yakni dengan mengeluarkan kebijakan yang mengikat. Dengan demikian, ada kepastian soal anggaran.
"Besarannya jangan lagi seperti sekarang. Harus ditambah sesuai dengan kebutuhan dan target. Karena mustahil bisa mencapai hasil maksimal dengan anggaran yang minimal," tuturnya.
Sucipto menilai kekurangan yang ada di Satlak Prima selama ini adalah koordinasi. Baik dengan birokrasi dalam hal ini Kemenpora maupun dengan induk cabor (PB/PP).
"Jika saya terpilih hal pertama yang akan saya lakukan adalah membangun komunikasi dengan seluruh stake holder olahraga. Harus terbangun mutual respect dan trust," pungkasnya.
Saat memimpin PAL, Ahmad Sucipto berhasil membawa kontingen Indonesia meraih peringkat ketiga pada SEA Games Laos 2009. Padahal, di SEA Games Nakhon Ratchasima 2007, Indonesia berada di peringkat kelima.
Bukan hanya itu, Achmad Sucipto juga memaparkan perkembangan prestasi setiap atlet secara rutin setiap minggu. Dan, program latihan satu atlet dan atlet lain disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak secara global.
Sementara, Lukman Niode yang mendapat giliran tampil ketiga mengatakan harus ada standar atau SOP yang baku dalam sistem pembinaan olahraga nasional. Menurutnya, Indonesia jangan mengadopsi sistem pembinaan negara lain, ttapu harus menciptakan suatu sistem pembinaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan sendiri.
Jalannya fit and proper test turut disaksikan oleh Menpora Imam Nahrawi.
Tampak juga Ketua Umum KOI, Rita Subowo yang menyaksikan langsung
penampilan putranya Anton Subowo saat menyampaikan paparan sebagai calon Ketua Satlak Prima.
Nantinya, dari tujuh calon akan dikerucutkan menjadi tiga. Dan dari tiga kandidat yang tersaring akan dipilih satu sebagai Ketua Satlak Prima periode 2015-2018. Pengumuman penetapan kandidat yang ditunjuk menjadi Ketua Satlak Prima rencananya akan dilakukan pada Oktober mendatang.
Bukan hanya figur ketua yang dipilih mumpuni, tetapi Satlak Prima dijadikan tempatnya kaum elit pelaku olahraga. Untuk itu,Deputi V Kemenpora, Joko Pekik Irianto menyebutkan Satlak Prima akan memberlakukan standarisasi atlet, pelatih hingga manajer tim.
"Satlak Prima itu didirikan sebagai tempat menggodok atlet-atlet elit. Begitu juga pelatih dan manajer tim yang dilibatkan. Jadi, manajemen Satlak Prima tidak boleh lagi sembarangan atlet dan pelatih yang bisa masuk ke Prima. Mereka harus memenuhi standarisasi yang ditentukan," tegas Joko Pekik Irianto.
Ketika ditanyakan mengapa standarisasi juga ditetapkan terhadap manajer tim, Joko Pekik menjawab, "Saya tak mau lagi kejadian lama terulang dimana manajer tim tidak pernah mendampingi atlet dan tak mengerti aturan pertandingan. Manajer Tim itu harus selalu hadir mendampingi tim dan bisa memanej tim dan mengerti peraturan pertandingan."
Lebih jauh, Joko Pekik juga mengakui bahwa kualitas pelatih yang ditunjuk menangani Satlak Prima perlu dilakukan perbaikan. Apalagi, Indonesia bakal menghadapi Olimpiade Rio de Jeneiro 2016, SEA Games Malaysia 2017 dan tuan rumah Asian Games 2018. "Kualitas pelatih memang perlu ditingkatkan. Dan, kita juga mendukung jika memang perlu dilibatkan pelatih asing untuk menangani atlet," tandasnya.
Penerapan standarisasi atlet, pelatih dan manajer tim yang menjadi penghuni Prima ini sudah pernah diusulkan SIWO Pusat melalui Seminar Evaluasi Prima dan Standarisasi Prestasi Sebagai Pondasi Sukses Asian Games 2018 di Hotel Twin Jakarta, Rabu (3/12/2014).
Dalam seminar itu, Ketua Panitia Pelaksana Seminar, Azhari Nasution mengatakan, dengan adanya standarisasi itu tidak ada lagi like and dislike dalam penentuan atlet, pelatih dan manajer tim.
"Dengan adanya standarisasi maka tidak ada lagi kasus pemilihan atlet, pelatih dan manajer ke multi even karena faktor like and dislike. Dengan demikian mereka yang diikutsertakan adalah yang memang pantas sesuai dengan capaian dan rekornya," ujarnya.
Bahkan, Anggota Komisi X DPR RI Dr Sofyan Tan yang memberikan sambutan dalam seminar itu meminta Menpora Imam Nahrawi dapat segera mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) terkait standarisasi prestasi olah raga.
Menurutnya, dengan adanya Permen, akan membantu setiap induk cabang olah raga (PB/PP) dan Satlak Prima setiap kali akan mengikuti ajang multi event olahraga internasional seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games XVIII 2018.
"Permen itu diterbitkan sebagai landasan hukum standarisasi olah raga kita. Baik itu soal atlet, pelatih, manajer maupun peralatan latihan dan pertandingan. Sehingga tidak ada lagi hal-hal yang mengganggu," kata Dr Sofyan Tan.
Menurut Sofyan, dengan adanya Permen standarisasi prestasi itu maka akan jelas soal siapa saja atlet, pelatih dan manajer yang layak mewakili Indonesia ke ajang SEA Games, Asian Games dan Olimpaide. Tak hanya itu, sambung Sofyan, urusan uang saku atlet dan pelatih juga harus dibuat klasifikasinya.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar