Sumber Asli -- C0I - Tim Transisi bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menjadi sorotan saat ini lantaran turnamen Piala Kemerdekaan 2015 mengalami sejumlah masalah dan terkesan amburadul.
Bukan rahasia lagi, Tim Transisi Kemenpora melalui juru bicara sudah koar-koar sebelum turnamen bentukan Menpora itu berputar. Mengeluarkan statement bahwa Piala Kemerdekaan (PK) diperebutkan oleh 4 stasiun televisi swasta, nyatanya ? hanya TVRI dan konon pihak PK malah membeli slot jam tayang.
Bukan itu saja, ekpektasi PK umbar juga sebagai tagline yakni menjadi prototype sepakbola nasional yang baik melebihi kompetisi yang kemarin-kemarin, realitanya ? sudah terbukti lebih buruk, tiket gratisan, penonton sepi, jersey kiper Persekap menggunakan nama orang lain, pemukulan wasit dimana mana sudah sampai matchday ke-empat.
Yang lebih bombastis lagi, selalu meng-agung-agungkan sepak bola transparan dan bisa diakses oleh masyarakat. Kenyataannya ? sampai sekarang pihak Tim Transisi maupun tim event organizer belum juga merelease siapa pihak sponsor maupun berapa biaya yang dikeluarkan dan darimana.
Beberapa klub peserta Piala Kemerdekaan mengeluhkan tentang berbagai masalah yang terjadi, dari kepemimpinan wasit, pengelolaan pertandingan, fee match yang belum diberikan, hingga masalah pelayanan, termasuk transportasi untuk klub peserta menjelang laga.
“Saat perjalanan kami menuju stadion, anak-anak harus rela naik angkutan umum lantaran tidak ada bus dari panitia yang tidak menjemput,” keluh Manajer Mojokerto Putra, Hendro Ismiarso.
“Jadi, kekecewaan anak-anak itu sudah menumpuk. Mereka semakin marah setelah tidak ada jemputan dari panitia saat kami akan berangkat ke stadion untuk pertandingan,” lanjutnya.
Insiden di dalam lapangan pun beberapa kali terjadi. Sebut saja ketika pemain Persekap Pasuran menendang wasit di laga kontra Persebo Bondowoso, juga saat pelatih Persis Solo, Aris Budi Sulistyo, menanduk asisten wasit di pertandingan melawan Persinga Ngawi.
“Saya benar-benar emosi melihat kepemimpinan wasit sehingga menanduknya. Wasitnya ternyata berasal dari Jawa Timur. Harusnya, wasit berasal dari tempat netral seperti dari Jawa Barat,” tukas Aris Budi Sulistyo.
Terkait berbagai masalah ini, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi meminta Tim Transisi untuk turun langsung ke lapangan. “Tim Transisi harus turun ke lapangan untuk mengecek apakah ada kemajuan dan perubahan tata kelola sepak bola saat ini,” tandasnya.
“Semuanya harus dikontrol termasuk meminta komentar suporter terkait turnamen ini,” sambung Imam Nahrawi.
--> Janji untuk bisa memberikan tontonan yang menarik dan memberikan tata cara pengelolaan sepak bola yang baik dipastikan hanya isapan jempol belaka. Betapa tidak, antara ekpektasi yang diharapkan dan direncanakan oleh panitia Piala Kemerdekaan ternyata sama sekali bertolak belakang dengan realita yang terjadi.
Bukan rahasia lagi, Tim Transisi Kemenpora melalui juru bicara sudah koar-koar sebelum turnamen bentukan Menpora itu berputar. Mengeluarkan statement bahwa Piala Kemerdekaan (PK) diperebutkan oleh 4 stasiun televisi swasta, nyatanya ? hanya TVRI dan konon pihak PK malah membeli slot jam tayang.
Bukan itu saja, ekpektasi PK umbar juga sebagai tagline yakni menjadi prototype sepakbola nasional yang baik melebihi kompetisi yang kemarin-kemarin, realitanya ? sudah terbukti lebih buruk, tiket gratisan, penonton sepi, jersey kiper Persekap menggunakan nama orang lain, pemukulan wasit dimana mana sudah sampai matchday ke-empat.
Yang lebih bombastis lagi, selalu meng-agung-agungkan sepak bola transparan dan bisa diakses oleh masyarakat. Kenyataannya ? sampai sekarang pihak Tim Transisi maupun tim event organizer belum juga merelease siapa pihak sponsor maupun berapa biaya yang dikeluarkan dan darimana.
“Saat perjalanan kami menuju stadion, anak-anak harus rela naik angkutan umum lantaran tidak ada bus dari panitia yang tidak menjemput,” keluh Manajer Mojokerto Putra, Hendro Ismiarso.
“Jadi, kekecewaan anak-anak itu sudah menumpuk. Mereka semakin marah setelah tidak ada jemputan dari panitia saat kami akan berangkat ke stadion untuk pertandingan,” lanjutnya.
Insiden di dalam lapangan pun beberapa kali terjadi. Sebut saja ketika pemain Persekap Pasuran menendang wasit di laga kontra Persebo Bondowoso, juga saat pelatih Persis Solo, Aris Budi Sulistyo, menanduk asisten wasit di pertandingan melawan Persinga Ngawi.
“Saya benar-benar emosi melihat kepemimpinan wasit sehingga menanduknya. Wasitnya ternyata berasal dari Jawa Timur. Harusnya, wasit berasal dari tempat netral seperti dari Jawa Barat,” tukas Aris Budi Sulistyo.
Terkait berbagai masalah ini, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi meminta Tim Transisi untuk turun langsung ke lapangan. “Tim Transisi harus turun ke lapangan untuk mengecek apakah ada kemajuan dan perubahan tata kelola sepak bola saat ini,” tandasnya.
“Semuanya harus dikontrol termasuk meminta komentar suporter terkait turnamen ini,” sambung Imam Nahrawi.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar