Bercinta dengan mengeluarkan suara, bagi beberapa orang bisa menambah kenikmatan aktivitas seks. Namun bagaimana jika suara yang dikeluarkan terlalu keras hingga pasangan ikut merasa risih? Normalkah mengeluarkan suara terlalu keras saat seks?
Pamela Stephenson Connolly, seorang psikolog dan psikoterapis yang sudah berpraktek selama 15 tahun mencoba memberikan sarannya soal masalah ini. Dr. Connolly meyakinkan bahwa mengeluarkan suara saat bercinta, meskipun rasanya terlalu keras, merupakan hal normal.
"Itu adalah tanda bahwa anda menikmati apa yang dilakukan," ujar wanita yang merupakan pendiri dan pimpinan dari Los Angeles Sexuality Center, seperti dikutip dari The Guardian.
Dr. Connolly menyarankan agar Anda tidak melakukan hal membahayakan seperti menutup wajah dengan bantal demi meredam suara saat bercinta itu. Cara tersebut berisiko membuat Anda kesulitan bernapas atau menimbulkan masalah lainnya.
Bagaimana jika pasangan komplain dengan suara yang terlalu keras ini? Cobalah meminta si dia memakai penutup telinga atau buat suasana ruangan menjadi lebih temaram, begitu kata psikolog yang kerap mengasuh konsultasi seks di situs The Guardian itu.
Jika memang cara yang disarankannya di atas tidak bisa menjadi solusi, bernegosiasilah apa hal terbaik untuk mengatasi masalah ini. Misalnya dengan membuat kamar kedap suara.
Yang perlu diingat wanita, mengeluarkan suara saat bercinta ini pada dasarnya bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan seks. Menurut pakar seks Ian Kerner mengeluarkan suara saat bercinta bisa membantu wanita mendapatkan apa yang mereka inginkan saat bercinta. Hanya saja perlu strategi khusus agar suara saat bercinta itu bisa membuat Anda memperoleh hal yang diinginkan.
"Gunakan suara saat bercinta untuk mengajari pasangan apa yang memang Anda sukai. Itu bisa jadi cara Anda untuk mengatakan, 'stop, go, yes, more please', tanpa harus berkata-kata seperti polisi lalu-lintas," tutur Patty.
Pakar pendidikan seks dan penulis Patty Brisben menambahkan, bersuara saat bercinta juga bisa membuat beberapa wanita bergairah dan membantu mereka merasakan kenikmatan. "Saat wanita sudah akan mencapainya, mereka bisa benar-benar bersuara dengan keras dan kemudian perlahan menjadi pelan ketika sudah mencapai puncaknya," jelas Patty.
Pamela Stephenson Connolly, seorang psikolog dan psikoterapis yang sudah berpraktek selama 15 tahun mencoba memberikan sarannya soal masalah ini. Dr. Connolly meyakinkan bahwa mengeluarkan suara saat bercinta, meskipun rasanya terlalu keras, merupakan hal normal.
"Itu adalah tanda bahwa anda menikmati apa yang dilakukan," ujar wanita yang merupakan pendiri dan pimpinan dari Los Angeles Sexuality Center, seperti dikutip dari The Guardian.
Dr. Connolly menyarankan agar Anda tidak melakukan hal membahayakan seperti menutup wajah dengan bantal demi meredam suara saat bercinta itu. Cara tersebut berisiko membuat Anda kesulitan bernapas atau menimbulkan masalah lainnya.
Bagaimana jika pasangan komplain dengan suara yang terlalu keras ini? Cobalah meminta si dia memakai penutup telinga atau buat suasana ruangan menjadi lebih temaram, begitu kata psikolog yang kerap mengasuh konsultasi seks di situs The Guardian itu.
Jika memang cara yang disarankannya di atas tidak bisa menjadi solusi, bernegosiasilah apa hal terbaik untuk mengatasi masalah ini. Misalnya dengan membuat kamar kedap suara.
Yang perlu diingat wanita, mengeluarkan suara saat bercinta ini pada dasarnya bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan seks. Menurut pakar seks Ian Kerner mengeluarkan suara saat bercinta bisa membantu wanita mendapatkan apa yang mereka inginkan saat bercinta. Hanya saja perlu strategi khusus agar suara saat bercinta itu bisa membuat Anda memperoleh hal yang diinginkan.
"Gunakan suara saat bercinta untuk mengajari pasangan apa yang memang Anda sukai. Itu bisa jadi cara Anda untuk mengatakan, 'stop, go, yes, more please', tanpa harus berkata-kata seperti polisi lalu-lintas," tutur Patty.
Pakar pendidikan seks dan penulis Patty Brisben menambahkan, bersuara saat bercinta juga bisa membuat beberapa wanita bergairah dan membantu mereka merasakan kenikmatan. "Saat wanita sudah akan mencapainya, mereka bisa benar-benar bersuara dengan keras dan kemudian perlahan menjadi pelan ketika sudah mencapai puncaknya," jelas Patty.
0 komentar:
Posting Komentar