Sumber Asli -- C0I - DUNIA bulutangkis mungkin salah satu olahraga yang mencuri perhatian masyarakat Indonesia dengan torehan-torehan gemilangnya. Tapi, torehan-torehan yang ciamik itu masih didominasi oleh pasangan ganda campuran dan ganda putra.
Mengawali tahun 2013, pasangan ganda camupran andalan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali mengklaim gelar All England 2013. Pasangan yang akrab disapa Owi/Butet ini mampu mengalahkan pasangan China Zhang Nan/Zhao Yunlei di laga pamungkas, keperkasaan Owi/Butet pun berlanjut India Open dan Singapura Open.
Sayang, Owi/Butet tidak bisa melanjutkan keperkasaannya saat berlaga di Indonesia Open Super Series. Pertandingan yang dihelat di Jakarta itu, tidak mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Owi/Butet. Pasalnya, pasangan nomor dua dunia itu harus menyerah dari pasangan Denmark, Joachim Fischer/Christinna Pedersen di babak semifinal.
Seakan ingin membalas kegagalan di Indonesia Open, Owi/Butet kembali unjuk gigi di gelaran BWF Championships 2013. Ya, Owi/Butet mampu mempecundangi pasangan tuan rumah Xu Chen/Ma Jin di laga pamungkas. Sontak, keberhasilan menjadi juara dunia disambut baik oleh pemerintah.
Bahkan, usai pertandingan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung menghubungi Owi/Butet mengucapkan selamat karena telah mengibarkan bendera Merah Putih di China. Kesuksesan Owi/Butet berlanjut di Victor China Open Super Series. Kemenangan itu sekaligus menjadi ajang balas dendam karena mampu mengalahkan pasangan Denmark, Fischer/Christinna di partai final.
(Foto: Dok. Okezone)
Setali tiga uang, pasangan Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan juga tidak kalah mentereng. Ahsan/Hendra tercatat berhasil meraih enam gelar bergengsi sepanjang 2013 ini. Enam gelar tersebut yakni Malaysia Open, Indonesia Open, Singapura Open, BWF World Championships, Japan Open dan BWF Super Series Finals 2013.
Keputusan PBSI untuk melakukan rotasi pasangan di ganda putra membuahkan hasil positif. Ahsan/Hendra mampu menjadi pasangan yang disegani. Bahkan, pasangan yang baru setahun bermain bersama mampu menjadi yang terbaik di peringkat BWF. Ahsan/Hendra masih perkasa dengan total poin 91020.0000 dari 14 turnamen yang diikutinya tahun ini, “mengangkangi” pasangan Korea Selatan, Ko Sung Hyun/Lee Yong De di tempat kedua dan duet Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen.
Sementara itu, tiga nomor lainnya (tunggal putra/putri dan ganda putri) masih belum bias berbuat banyak. Kondisi tersebut seakan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Kasubid Pelatnas PP PBSI Ricky Soebagdja sendiri cukup kecewa akan raihan sektor putri. Puncaknya adalah saat tunggal putri Indonesia bertumbangan di babak pertama Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2013.
Ricky menyatakan akan melakukan evaluasi terkait buruknya hasil tersebut. Bahkan, ia tak segan untuk ikut mengevaluasi kinerja sang pelatih yang seharusnya tim putri Indonesia bisa meraih gelar juara.
Setelah era Mia Audina dan Susi Susanti, Indonesia memang seolah sulit mendapatkan srikandi-srikandi di bulutangkis meski yang saat ini masih memiliki potensial baik. Susi Susanti pernah mengatakan bahwa Indoneisa memang masih kekurangan bibit pemain putri .
"Tunggal putri belum maksimal, penampilan mereka kurang bagus. Kita butuh kerja keras lagi. Bibit tunggal putri kita minim, ini jadi PR (pekerjaan rumah) kita semua," kata Susi saat itu.
Istri dari Alan Budikusuma ini juga memberikan masukan kepada PBSI, menurutnya pemain harus diturunkan dalam turnamen yang sesuai dengan kelasnya. Tak hanya itu, sebelum berangkat pemain lebih baik diseleksi lebih dulu dan bukan dijatah, karena itu hanya akan menghamburkan biaya.
(asm)
========= Dukungan ANDA amat kami butuhkan agar lebih semangat dan berprestasi. Berapa pun dukungan Anda akan membuat kami lebih mengenal Anda dan kami pun tambah semangat untuk berkarya dan meningkatkan prestasi. Semua demi Anda. Terimakasih Dukungan bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
Mengawali tahun 2013, pasangan ganda camupran andalan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali mengklaim gelar All England 2013. Pasangan yang akrab disapa Owi/Butet ini mampu mengalahkan pasangan China Zhang Nan/Zhao Yunlei di laga pamungkas, keperkasaan Owi/Butet pun berlanjut India Open dan Singapura Open.
Sayang, Owi/Butet tidak bisa melanjutkan keperkasaannya saat berlaga di Indonesia Open Super Series. Pertandingan yang dihelat di Jakarta itu, tidak mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Owi/Butet. Pasalnya, pasangan nomor dua dunia itu harus menyerah dari pasangan Denmark, Joachim Fischer/Christinna Pedersen di babak semifinal.
Seakan ingin membalas kegagalan di Indonesia Open, Owi/Butet kembali unjuk gigi di gelaran BWF Championships 2013. Ya, Owi/Butet mampu mempecundangi pasangan tuan rumah Xu Chen/Ma Jin di laga pamungkas. Sontak, keberhasilan menjadi juara dunia disambut baik oleh pemerintah.
Bahkan, usai pertandingan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung menghubungi Owi/Butet mengucapkan selamat karena telah mengibarkan bendera Merah Putih di China. Kesuksesan Owi/Butet berlanjut di Victor China Open Super Series. Kemenangan itu sekaligus menjadi ajang balas dendam karena mampu mengalahkan pasangan Denmark, Fischer/Christinna di partai final.
(Foto: Dok. Okezone)
Setali tiga uang, pasangan Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan juga tidak kalah mentereng. Ahsan/Hendra tercatat berhasil meraih enam gelar bergengsi sepanjang 2013 ini. Enam gelar tersebut yakni Malaysia Open, Indonesia Open, Singapura Open, BWF World Championships, Japan Open dan BWF Super Series Finals 2013.
Keputusan PBSI untuk melakukan rotasi pasangan di ganda putra membuahkan hasil positif. Ahsan/Hendra mampu menjadi pasangan yang disegani. Bahkan, pasangan yang baru setahun bermain bersama mampu menjadi yang terbaik di peringkat BWF. Ahsan/Hendra masih perkasa dengan total poin 91020.0000 dari 14 turnamen yang diikutinya tahun ini, “mengangkangi” pasangan Korea Selatan, Ko Sung Hyun/Lee Yong De di tempat kedua dan duet Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen.
Sementara itu, tiga nomor lainnya (tunggal putra/putri dan ganda putri) masih belum bias berbuat banyak. Kondisi tersebut seakan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Kasubid Pelatnas PP PBSI Ricky Soebagdja sendiri cukup kecewa akan raihan sektor putri. Puncaknya adalah saat tunggal putri Indonesia bertumbangan di babak pertama Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2013.
Ricky menyatakan akan melakukan evaluasi terkait buruknya hasil tersebut. Bahkan, ia tak segan untuk ikut mengevaluasi kinerja sang pelatih yang seharusnya tim putri Indonesia bisa meraih gelar juara.
Setelah era Mia Audina dan Susi Susanti, Indonesia memang seolah sulit mendapatkan srikandi-srikandi di bulutangkis meski yang saat ini masih memiliki potensial baik. Susi Susanti pernah mengatakan bahwa Indoneisa memang masih kekurangan bibit pemain putri .
"Tunggal putri belum maksimal, penampilan mereka kurang bagus. Kita butuh kerja keras lagi. Bibit tunggal putri kita minim, ini jadi PR (pekerjaan rumah) kita semua," kata Susi saat itu.
Istri dari Alan Budikusuma ini juga memberikan masukan kepada PBSI, menurutnya pemain harus diturunkan dalam turnamen yang sesuai dengan kelasnya. Tak hanya itu, sebelum berangkat pemain lebih baik diseleksi lebih dulu dan bukan dijatah, karena itu hanya akan menghamburkan biaya.
(asm)
- ***
========= Dukungan ANDA amat kami butuhkan agar lebih semangat dan berprestasi. Berapa pun dukungan Anda akan membuat kami lebih mengenal Anda dan kami pun tambah semangat untuk berkarya dan meningkatkan prestasi. Semua demi Anda. Terimakasih Dukungan bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
-->
0 komentar:
Posting Komentar