Sabtu, 31 Oktober 2015

Kolom: Tantangan Berat Erick Thohir, Membawa KOI On The Track

 Oleh: Gungde Ariwangsa


Sumber Asli -- C0I - Erick Thohir naik jabatan. Kalau dalam kepengurusan sebelumnya Erick menjadi Wakil Ketua Umum maka kini dia naik menduduki posisi Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Erick menjadi orang nomor satu dalam lembaga olahraga yang bertugas menangani pengiriman atlet Indonesia ke multi event internasional itu stelah terpilih melalui pemungutan suara dalam Kongres KOI di  Hotel Sheraton, Jakarta, Minggu (1/11/2015) dinihari.
            KOI pun mempunyai komandan baru untuk masa bakti 2015 – 2019. Naiknya Erick menunjukkan regenerasi kepemimpinan di KOI setelah sebelumnya selama dua periode dipimpin oleh Rita Subowo. Sebagai nakhoda baru maka tugas berat sudah menanti Erick.
            "Ini tanggung jawab baru yang berat. Apalagi tahun depan akan ada olimpiade Rio, saya berharap, pengurus yang baru bisa bekerjasama," ujar bos Grup Mahaka itu sesuai kongres.
            Benar, tidak ringan tugas Erick empat tahun ke depan mengingat konsisi olahraga Indonesia saat ini selain merosot dalam prestasi juga karut marut. Hubungan KOI dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) tidak harmonis dan selalu memanas menjelang pelaksanaan pesta olahraga internasional. Perpecahan menjalar ke beberapa induk organisasi cabang olahraga sehingga memunculkan dualisme yang merugikan para atlet.
            Kondisi itu terbentang di hadapan Erick sementara KOI mendapat tugas berat lainnya menyukseskan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games XVIII Tahun 2018. Pada Asian Games itu, pemerintah sudah mematok target, Indonesia harus mampu menembus jajaran 10 besar Asia.
            Sebelum sampai ke Asian Games, sudah menghadang Olimpiade Rio De Janeiro, Brasil Tahun 2016 dan SEA Games Tahun 2017 di Malaysia. Pada Olimpiade 2016, Indonesia memiliki misi mengembalikan tradisi medali emas yang lepas pada Olimpiade London Tahun 2012 saat Erick menjadi Pimpinan Kontingen Merah Putih. Kemudian pada SEA Games 2017, Indonesia harus mampu menaikkan posisi setelah terpuruk ke urutan lima pada SEA Games 2015 di Myanmar.
            Tidak bisa dipungkiri, Erick harus kerja keras melepaskan diri dari beban berat itu. Apalagi, olahraga belum menjadi priotitas utama dalam pemerintahan duet Presiden JokoWidodo – Wakil Presiden Jusuf Kalla, sehingga selalu menghadapi masalah dalam soal pendanaan, fasilitas dan kesejahteraan atlet. Uang saku, dana try out, peralatan, dan fasilitas latihan kerap terlamat dan tertunda-tunda.
            Gerak cepat dan tepat serta akurat harus dilakukan Erick dalam membenahi kondisi olahraga di Tanah Air yang begitu kompleks. Namun tentu saja Erick tidak bisa hanya bergerak sendiri melalui KOI. Erick membutuhkan dukungan dan kerjasama dari KONI dan pemerintah yang dalam hal ini Kementrian Pemuda Dan Olahraga (Kemenpora).
            Disinilah Erick dituntut untuk membawa dan menempatkan KOI on the track sebagai pelaksana keikutsertaan Indonesia pada pekan olahraga internasional seperti yang diamantakan pasal 43 dan 44 Undang Undang Sistem Keolahragaan Nasional (UUSKN) Nomor 3 Tahun 2005.  Dalam posisi ini, mantan Menteri Pemuda Dan Olahraga, Roy Suryo menyebutkan, KOI sebagai penyaji Kontingen Indonesia. Sedangkan juru masak (pembinaan) dilakukan oleh KONI.
            Tugas UU jelas mengamantkan KOI sebagai badan yang menyiapkan keberangkatan kontingen Indonesia bukan membina. Hal ini harus dipegang agar tidak tumpang tindih dengan KONI dan pemerintah. Kekuatan KOI ada pada tugas itu yaitu mengirimkan kontingen yang kuat dan mampu bersaing di tingkat internasional. KOI lah yang menentukan standarisasi anggota Kontingen Indonesia yang harus disiapkan KONI.
            Dalam posisi itu KOI yang menentukan cabang olahraga dan atlet yang perlu disiapkan KONI dan kemudian layak dikirim. KOI bisa katif mengawasi persiapan masakan yang akan disajikan. Bisa memberikan masukan dan saran namun tidak terlibat di dalamnya karena itu menjadi wewenang KONI.
            Kemudian dalam hal menetapkan keanggotaan KOI maka perlu ada nota kesepakatan dengan KONI. KOI akan menerima cabang olahraga menjadi anggotanya bilsa sudah menjadi anggota KONI. Dengan demikian tidak aka nada cabor yang mendua atau justru memancing di air keruh yang bisa merunyamkan hubungan KOI dan KONI yang seharusnya harmonis.
            Langkah-langkah itu sebagai garis untuk menjaga kesatuan langkah antara KOI dan KONI. Pengalaman menunjukkan, dilanggarnya tugas dan kewenangan membuat olahraga Indonesia bukan saja merosot dalam prestasi tetapi juga menciptakan virus kisruh yang berkepanjangan.
            Tentu hal itu tidak perlu terjadi lagi dalam kepemimpinan KOI baru di bawah komando Erick Thohir. Setelah masalah mendasar dan strategis ini bisa dikomunikasikan secara elegan maka barulah Erick melangkah ke tugas lainnya untuk membangun kembali kejayaan olahraga Indonesia. Semoga bila Erick mampu membawa KOI on the track akan menjadi contoh bagi pelaku olahraga nasional untuk membawa olahraga Indonesia on the track pula. Selamat bertugas. ***

  • Penulis adalah Wartawan HU Suara Karya dan Ketua Harian Siwo PWI Pusat. E-mail: aagwaa@yahoo.com

- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
-->

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2013 berita hangat - Template by Efachresya - Editor premium Top coi