Sumber Asli -- C0I - Miris, honor wasit belum dibayar di Piala Kemerdekaan. Alih alih ingin melakukan tata kelola sepakbola yang lebih baik dan profesional. Tim Transisi bentukan Kemenpora sebagai penyelenggara Piala Kemerdekaan ternyata sampai saat ini masih menunggak honor pengadil lapangan alias wasit.
Dadan Suhandra, salah satu wasit yang memimpin Piala Kemerdekaan 2015 mengakui belum menerima honor sepeserpun dari Tim Transisi, usai bersedia memimpin pertandingan di turnamen Piala Kemerdekaan ini.
”Kami sampai sekarang belum diberikan honor. Boro-boro honor, ongkos untuk memimpin pertandingan di daerah saja belum,” kata Dadan seperti dikutip dari Liputan 6.com.
Padahal, saat namanya dinyatakan lolos seleksi di penyegaran wasit Juli silam, Dadan begitu optimis pada niat Kemenpora meningkatkan taraf hidup pengadil lapangan.
Maklum, eks-wasit IPL itu tidak bisa memimpin pertandingan jauh sebelum SK pembekuan Menteri Pemuda dan Olahraga turun.
”Banyak yang mengandalkan pinjaman di Piala Kemerdekaan ini. Saya dan 12 wasit yang berkumpul di Garut sepakat untuk mengadu, mempertanyakan komitmen dari Tim Transisi,” kata Dadan lagi.
Dadan sudah memimpin pertandingan Piala Kemerdekaan di tiga daerah, yakni Madiun, Solo, dan Pamekasan.
”Katanya Tim Transisi ingin menyejahterakan wasit, honor mau dinaikkan. Tapi malah menyengsarakan wasit. Dari awal semuanya pakai uang sendiri dulu,” lanjut Dadan.
”Kami sempat ada wacana untuk tidak mau tampil di final. Tapi lihat saja nanti, mungkin wasit dari daerah terdekat yang dipanggil,” ujarnya.
Dimana janji Menpora bahwa gelaran Piala Kemerdekaan akan menjadi tonggak sejarah soal transparansi? Padahal Menpora membekukan PSSI katanya ingin membenahi sepak bola yang lebih baik dan transparan. Tapi mengapa jadinya malah lebihburuk? Mengapa Menpora tidak segera duduk bareng dengan La Nyalla untuk membangun sepakbola yang lebih bai
--> Dadan Suhandra, salah satu wasit yang memimpin Piala Kemerdekaan 2015 mengakui belum menerima honor sepeserpun dari Tim Transisi, usai bersedia memimpin pertandingan di turnamen Piala Kemerdekaan ini.
”Kami sampai sekarang belum diberikan honor. Boro-boro honor, ongkos untuk memimpin pertandingan di daerah saja belum,” kata Dadan seperti dikutip dari Liputan 6.com.
Padahal, saat namanya dinyatakan lolos seleksi di penyegaran wasit Juli silam, Dadan begitu optimis pada niat Kemenpora meningkatkan taraf hidup pengadil lapangan.
Maklum, eks-wasit IPL itu tidak bisa memimpin pertandingan jauh sebelum SK pembekuan Menteri Pemuda dan Olahraga turun.
”Banyak yang mengandalkan pinjaman di Piala Kemerdekaan ini. Saya dan 12 wasit yang berkumpul di Garut sepakat untuk mengadu, mempertanyakan komitmen dari Tim Transisi,” kata Dadan lagi.
Dadan sudah memimpin pertandingan Piala Kemerdekaan di tiga daerah, yakni Madiun, Solo, dan Pamekasan.
”Katanya Tim Transisi ingin menyejahterakan wasit, honor mau dinaikkan. Tapi malah menyengsarakan wasit. Dari awal semuanya pakai uang sendiri dulu,” lanjut Dadan.
”Kami sempat ada wacana untuk tidak mau tampil di final. Tapi lihat saja nanti, mungkin wasit dari daerah terdekat yang dipanggil,” ujarnya.
Dimana janji Menpora bahwa gelaran Piala Kemerdekaan akan menjadi tonggak sejarah soal transparansi? Padahal Menpora membekukan PSSI katanya ingin membenahi sepak bola yang lebih baik dan transparan. Tapi mengapa jadinya malah lebihburuk? Mengapa Menpora tidak segera duduk bareng dengan La Nyalla untuk membangun sepakbola yang lebih bai
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar