Oleh: Gungde Ariwangsa
Sumber Asli -- C0I -Hari pertama pertandingan babak pertama nomor tunggal Turnamen Tenis Internasional Women's Circuit So Good Walikota Surakarta Cup 2015, Selasa (22/9), benar-benar tidak bersahabat bagi para petenis Indonesia. Selain lanngsung berguguran diterpa serbuan pemain asing juga ada yang muntah-muntah di lapangan Pusat Tenis Manahan Solo, Jawa Tengah.
Pukulan paling pahit tentu harus diterima oleh Lavinia Tananta. Petenis nasional Indonesia ini harus tersingkir di langkah pertama ditaklukkan oleh unggulan dua, Kanami Tsuji dari Jepang, Dalam pertandingan di bawah terpaan panas yang membara itu sebenarnya Lavinia tidak kalah permainan dari lawannya yang menempati peringkat 574 dunia.
Lavinia bahkan mampu mengendalikan permainan dengan membuka lapangan lawan ke kanan atau kiri. Pengembalian bola lawan yang jatuh di garis tengah mampu dibaca dengan baik oleh Lavinia. Namun antisipasi tepat itu tidak diimbangi oleh keakuratan pengembalian oleh Lavinia.
Beberapa kali pukulannya melebar atau nyangkut di net. Sudah begitu Lavinia sering kehilangan konsentrasi saat poin-point menentukan saat dirinya unggul. Sebaliknya lawannya justru bertambah fokus.
Ada apa? Dari pembicaraan penulis dengan Lavinia, terungkap bahwa petenis kelahiran Semarang itu tidak siap. Persiapannya tidak maksimal karena meskipun berstatus sebagai pemain nasional namun dia harus berlatih sendiri. Sudah begitu dalam tahun ini dia jarang mengikuti turnamen internasional.
Dengan kondisi kurang maksimal itu membuat dirinya tidak fokus bermain melawan lawan yang ulet dan kidal. "Lawan sebenarnya tidak begitu istimewa. Namun, saya kurang fokus dan sering melakukan kesalahan sendiri sehingga kalah mengumpulkan poin," kata Lavinia usai pertandingan.
Kekalahan di babak pertama ini menjadi rekor terburuk Lavinia dalam tiga penampilan di turnamen berhadiah 10.000 dolar Amerika Serikat ini. Bahkan bisa dibilang dia seperti terjun bebas. Bayangkan, tahun 2013 ketika turnamen pertama kali digelar dia langsung juara. Tahun lalu masih lumayan karena bisa melaju ke final meskipun harus kehilangan gelar setelah dikalahkan Lin Zhu (China).
Begitukah kisah dan nasib perjalanan anak bangsa yang menyandang pemain nasional. Bukan semakin membaik namun justru makin menurun prestasinya. Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, petenis yang menyandang pemain nasional selalu tampil steady di lapangan sehingga bisa diandalkan untuk merebut gelar untuk turnamen yang masuk kelas paling bawah di kancah turnamen profesional putri ini. Ketika itu kalau pun gagal tidaklah harus tumbang di babak pertama.
Pada masa itu pemain nasional seperti mendapat perhatian lebih. Selain terus menjalani persiapan dengan pengawasan pelatih juga mendapat dukungan lainnya. Karena itu para pemain nasional bisa fokus kala bertanding.
Kisah lainnya yang menyentuh di lapangan tentu terisisihnya Arrum Damarsari yang mengundurkan diri pada set kedua karena sakit. Arrum melawan petenis Jepang Hirono Watanabe kalah dengan skor 7-6 melalui tiebreak (5). Set kedua, dalam kedudukan 1-0, dia mundur dari pertandingan karena sakit.
"Saya pada set pertama tidak ada masalah, Akan tetapi, pada set kedua tahu-tahu muntah dan kepala terasa pusing sehingga saya mundur dan tidak melanjutkan pertandingan," kata Arrum.
Itu wajah lain dari pertenis Indonesia saat ini. Tidak ada yang memanfaatkan secara maksimal kehadiran turnamen internasional ini. Semua berjalan apa adanya. Dengan demikian peluang untuk meraih pengalaman tanding dan juga meraih poin terbuang secara percuma.
Petenis Indonesia lainnya, Ima Nindi juga gagal maju ke babak selanjutnya setelah dikalahkan petenis asal China, Yukun Zhang, dengan skor 6-2, 6-0; Hernada Melia Cholis juga gagal setelah disingkirkan petenis unggulan pertama dari India, Dhruthi Tatachar Venugopal, dengan skor 6-1, 6-1.
Hanya Voni Darlina pemain Indonesia yang mampu lolos ke babak kedua.Itu pun setelah menang atas rekan sendiri. Voni mengalahkan Nathania Ratih, dengan skor 6-0, 6-0.
Masih ada harapan untuk pertandingan Rabu (23/9).Petenis unggulan keempat asal Indonesia, Beatrice Gumulya, dijadwalkan akan mulai turun pada babak pertama melawan petenis Jepang, Nagi Hanatani.Kemudian Jessy Rompies menghadapi petenis Taiwan Sing Le Chiang Fan. Vita Taher bertemu Chayenne Ewijk (Belanda). Deria Nur Haliza menghadapi Kanika Vaidya (India), Monica Putri Kusuma Wardhani melawan Haruka Kaji (Jepang),
Semoga mereka mampu memberikan yang terbaik sehingga Manahan Solo tidak kelabu meskipun pertenisan Indonesia tengah kelabu dari sisi prestasi. ***
--> Sumber Asli -- C0I -Hari pertama pertandingan babak pertama nomor tunggal Turnamen Tenis Internasional Women's Circuit So Good Walikota Surakarta Cup 2015, Selasa (22/9), benar-benar tidak bersahabat bagi para petenis Indonesia. Selain lanngsung berguguran diterpa serbuan pemain asing juga ada yang muntah-muntah di lapangan Pusat Tenis Manahan Solo, Jawa Tengah.
Pukulan paling pahit tentu harus diterima oleh Lavinia Tananta. Petenis nasional Indonesia ini harus tersingkir di langkah pertama ditaklukkan oleh unggulan dua, Kanami Tsuji dari Jepang, Dalam pertandingan di bawah terpaan panas yang membara itu sebenarnya Lavinia tidak kalah permainan dari lawannya yang menempati peringkat 574 dunia.
Lavinia bahkan mampu mengendalikan permainan dengan membuka lapangan lawan ke kanan atau kiri. Pengembalian bola lawan yang jatuh di garis tengah mampu dibaca dengan baik oleh Lavinia. Namun antisipasi tepat itu tidak diimbangi oleh keakuratan pengembalian oleh Lavinia.
Beberapa kali pukulannya melebar atau nyangkut di net. Sudah begitu Lavinia sering kehilangan konsentrasi saat poin-point menentukan saat dirinya unggul. Sebaliknya lawannya justru bertambah fokus.
Ada apa? Dari pembicaraan penulis dengan Lavinia, terungkap bahwa petenis kelahiran Semarang itu tidak siap. Persiapannya tidak maksimal karena meskipun berstatus sebagai pemain nasional namun dia harus berlatih sendiri. Sudah begitu dalam tahun ini dia jarang mengikuti turnamen internasional.
Dengan kondisi kurang maksimal itu membuat dirinya tidak fokus bermain melawan lawan yang ulet dan kidal. "Lawan sebenarnya tidak begitu istimewa. Namun, saya kurang fokus dan sering melakukan kesalahan sendiri sehingga kalah mengumpulkan poin," kata Lavinia usai pertandingan.
Kekalahan di babak pertama ini menjadi rekor terburuk Lavinia dalam tiga penampilan di turnamen berhadiah 10.000 dolar Amerika Serikat ini. Bahkan bisa dibilang dia seperti terjun bebas. Bayangkan, tahun 2013 ketika turnamen pertama kali digelar dia langsung juara. Tahun lalu masih lumayan karena bisa melaju ke final meskipun harus kehilangan gelar setelah dikalahkan Lin Zhu (China).
Begitukah kisah dan nasib perjalanan anak bangsa yang menyandang pemain nasional. Bukan semakin membaik namun justru makin menurun prestasinya. Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, petenis yang menyandang pemain nasional selalu tampil steady di lapangan sehingga bisa diandalkan untuk merebut gelar untuk turnamen yang masuk kelas paling bawah di kancah turnamen profesional putri ini. Ketika itu kalau pun gagal tidaklah harus tumbang di babak pertama.
Pada masa itu pemain nasional seperti mendapat perhatian lebih. Selain terus menjalani persiapan dengan pengawasan pelatih juga mendapat dukungan lainnya. Karena itu para pemain nasional bisa fokus kala bertanding.
Kisah lainnya yang menyentuh di lapangan tentu terisisihnya Arrum Damarsari yang mengundurkan diri pada set kedua karena sakit. Arrum melawan petenis Jepang Hirono Watanabe kalah dengan skor 7-6 melalui tiebreak (5). Set kedua, dalam kedudukan 1-0, dia mundur dari pertandingan karena sakit.
"Saya pada set pertama tidak ada masalah, Akan tetapi, pada set kedua tahu-tahu muntah dan kepala terasa pusing sehingga saya mundur dan tidak melanjutkan pertandingan," kata Arrum.
Itu wajah lain dari pertenis Indonesia saat ini. Tidak ada yang memanfaatkan secara maksimal kehadiran turnamen internasional ini. Semua berjalan apa adanya. Dengan demikian peluang untuk meraih pengalaman tanding dan juga meraih poin terbuang secara percuma.
Petenis Indonesia lainnya, Ima Nindi juga gagal maju ke babak selanjutnya setelah dikalahkan petenis asal China, Yukun Zhang, dengan skor 6-2, 6-0; Hernada Melia Cholis juga gagal setelah disingkirkan petenis unggulan pertama dari India, Dhruthi Tatachar Venugopal, dengan skor 6-1, 6-1.
Hanya Voni Darlina pemain Indonesia yang mampu lolos ke babak kedua.Itu pun setelah menang atas rekan sendiri. Voni mengalahkan Nathania Ratih, dengan skor 6-0, 6-0.
Masih ada harapan untuk pertandingan Rabu (23/9).Petenis unggulan keempat asal Indonesia, Beatrice Gumulya, dijadwalkan akan mulai turun pada babak pertama melawan petenis Jepang, Nagi Hanatani.Kemudian Jessy Rompies menghadapi petenis Taiwan Sing Le Chiang Fan. Vita Taher bertemu Chayenne Ewijk (Belanda). Deria Nur Haliza menghadapi Kanika Vaidya (India), Monica Putri Kusuma Wardhani melawan Haruka Kaji (Jepang),
Semoga mereka mampu memberikan yang terbaik sehingga Manahan Solo tidak kelabu meskipun pertenisan Indonesia tengah kelabu dari sisi prestasi. ***
- Penulis adalah wartawan HU Suara Karya dan Ketua Harian Siwo PWI Pusat. HP: 082110068127. E-mail: akumemangcoi@yahoo.com
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar