Senin, 14 September 2015

Sean Gagal Taklukkan Lintasan Basah Nurburgring

Sumber Asli -- C0I -Sirkuit Nurburgring, Jerman, bukanlah arena yang mudah ditaklukkan pebalap terutama saat lintasannya basah karena hujan. Itulah yang dialami pebalap Indonesia Sean Gelael ketika hanya berhasil finis di posisi ke-16 pada balapan kedua Formula Renault 3.5 World Series yang berlangsung Minggu (13/9).


Lintasan sepanjang 5,145 kilometer itu umumnya memiliki tikungan yang menuntut mobil dipacu dengan kecepatan menengah dan lambat. Salah satu sirkuit terkemuka di Eropa itu juga mempunyai kontur lintasan naik dan turun yang menuntut teknik tinggi dari para pebalap. Perpaduan tersebut membuat sirkuit yang dibangun tahun 1920 itu sulit ditaklukkan.

Sesuai ramalan, mendung menggelayut di atas Nurburgring sebelum balapan dimulai. Karena hujan belum turun, sejumlah tim memutuskan untuk memakai ban kering. Untung saja, strategi tim Jagonya Ayam with Carlin untuk tetap memakai ban basah terbukti tepat karena hujan turun tak lama setelah start berlangsung.

Sean, yang start dari posisi ke-18, pun melejit ke urutan tujuh memanfaatkan sejumlah mobil yang melintir karena memakai ban kering. Ketika lomba berlangsung enam putaran, kondisi lintasan mengering seiring hujan yang mulai mereda.

“Sebenarnya itu waktu yang tepat untuk masuk pit dan mengganti ban basah dengan ban kering. Namun, tim meminta saya untuk menunggu satu lap lagi dan ternyata keputusan itu keliru,” ungkap putra mantan pereli nasional Ricardo Gelael itu dengan nada menyesal.

Tak lama setelah memutuskan tetap di lintasan, mobil pengaman (safety car) masuk karena mobil Aurelien Panis dari tim Tech 1 Racing melintir di tikungan pertama. Sean pun kehilangan momentum untuk menjaga posisinya di 10 besar. Padahal, kondisi mobil Sean tengah bagus setelah mampu menorehkan waktu 1 menit 43,596 detik.

Torehan itu menjadi yang tercepat kelima dari 20 pebalap. Namun, akibat taktik yang kurang tepat, peringkat Sean pun perlahan-lahan terus menurun ke urutan 16, tersusul oleh para kompetitor yang memutuskan masuk pit di lap keenam.

Kesalahan strategi turut merugikan Tom Dillmann, rekan setim Sean asal Perancis yang start dari posisi keempat. Setelah sempat menempati posisi kedua di belakang pebalap tim International Draco Racing Pietro Fantin, Dillman kehilangan posisi di depan karena terlambat mengganti ban. Ia pun gagal mendulang poin seteah finis di posisi ke-14.

“Ini benar-benar mengecewakan karena kesempatan untuk naik podium cukup besar. Kondisi mobil yang bagus menjadi sia-sia karena strategi yang tidak matang,” ujar Dillmann. Pebalap berusia 26 tahun itu mencatat waktu tercepat dalam satu putaran, yakni 1 menit 43,306 detik.

Hasil itu seolah melengkapi pekan yang kurang menguntungkan bagi tim Jagonya Ayam di Nurburgring. Berbagai masalah yang terjadi sejak sesi latihan membuat performa tim kembali anjlok setelah sempat meningkat pada seri sebelumnya di Sirkuit Silverstone. Sean pun berharap, tim tak mengulangi kesalahan serupa pada seri selanjutnya di Sirkuit Le Mans, Perancis, 26-27 September.

“Semoga tim menunjukkan kinerja yang lebih baik dan profesional di Le Mans. Selain mobil yang oke, kesuksesan hanya bisa diraih dengan strategi yang tepat,” ujar Sean yang sudah dua tahun bergabung dengan tim Carlin di Formula 3 Eropa dan World Series itu.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai sepak terjang Sean Gelael di ajang World Series by Renault, GP2 dan Formula 3 serta update-update lainnya dari Sean, silahkan follow akun Twitter resmi Sean Gelael di @IDSeanGP dan fan page Facebook resmi Sean Gelael di  http://ift.tt/1wGbRSo serta www.sean-gelael.com

Tentang Sean Gelael:

Muhammad Sean Gelael lahir di Jakarta pada 1 November 1996. Bakat membalap diwarisi dari sang ayah, Ricardo Gelael, yang menjadi pereli nasional pada tahun 1980-an. Di usia 11 tahun, Sean mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai navigator reli termuda. Setahun kemudian, Sean menjuarai reli nasional saat menjadi navigator pereli Inggris David Maslan dan pereli Australia Cody Crocker. Barulah pada tahun 2009 dan 2010, ia memenangi Kejuaraan Nasional Reli sebagai pebalap utama.

Petualangan Sean di ajang karting dimulai pada tahun 2010. Kala itu, ia langsung menjuarai Kejuaraan Gokar Asia sebagai pebalap termuda. Prestasi itu diulangi Sean setahun berselang dalam Kejuaraan Gokar Asia di Sirkuit Sentul. Pebalap yang juga piawai melantunkan lagu hip-hop itu lalu memutuskan untuk terjun ke ajang single seater Formula Pilota Asia setahun kemudian. Di musim perdananya, Sean menempati peringkat kedua pebalap Asia dan peringkat empat dalam klasemen akhir pebalap.

Sukses di tingkat Asia menjadi modal Sean untuk melangkah ke panggung balap formula di Eropa. Di Benua Biru, pebalap setinggi 1,88 meter itu mengikuti dua ajang sekaligus, yakni Formula 3 Eropa dan beberapa seri Formula 3 Inggris. Di ajang F3 Inggris, ia berhasil tiga kali naik podium, yang terdiri dari sekali sebagai runner up dan dua kali di peringkat ketiga. Ia pun tercatat sebagai pebalap termuda yang pernah naik podium F3 Inggris di usia 16 tahun 6 bulan 25 hari.

Tahun lalu, pada musim keduanya berkiprah di F3 Eropa bersama tim Jagonya Ayam with Carlin, Sean mengoleksi 25 poin dari hasil sembilan kali finis di posisi 10 besar. Di akhir musim, ia menempati peringkat ke-18 dari 28 pebalap. Tahun ini, Sean mengikuti Formula Renault 3.5 World Series, ajang yang berada setingkat di bawah Formula 1.

Di pertengahan musim, Sean memutuskan untuk mengikuti lima seri balapan GP2, yakni seri Hongaria, Belgia, Rusia, Bahrain, dan Abu Dhabi. Tujuannya ialah untuk belajar dan beradaptasi sebelum tampil penuh di ajang GP2 musim depan.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
-->

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2013 berita hangat - Template by Efachresya - Editor premium Top coi