Sumber Asli -- C0I -Menjadi atlet nasional itu tidak mudah. Perlu seleksi ketat untuk mencari mereka yang terbaik. Pasalnya, setiap anggaran yang digunakan untuk pembinaan atlet nasional harus dipertanggungjawabkan dengan prestasi.
Brigjen TNI Hafil Fuddin, Co Chief de Mission (CDM) kontingen Indonesia pada SEA Games XXVI/2011 untuk Palembang, sadar betul tentang hal itu. Menurut dia, setiap induk organisasi olahraga harus jujur menyeleksi atletnya memilih yang terbaik untuk membela bangsa, tanpa pilih kasih. Begitu pula dengan cabang biliar yang dinaunginya sebagai Ketua Harian PB POBSI.
Seperti apa tanggung jawab atlet terhadap pemerintah yang mendanainya dalam pemusatan latihan nasional (Pelatnas)? Berikut wawancara dengan Brigjen TNI Hafil Fuddin usai pelantikan pengurus baru Pengprov POBSI DKI Jakarta periode 2015 – 2019 di Jakarta, kemarin.
Anda begitu serius mengurusi olahraga di tengah kesibukan sebagai anggota TNI, khususnya cabang olahraga biliar. Bagaimana menurut Anda kondisi olahraga nasional sekarang ini?
Ya, saya masih ingat ketika memimpin kontingen Indonesia sebagai CDM untuk Palembang pada SEA Games XXVI/2011. Saat itu Indonesia sebagai tuan rumah keluar sebagai juara umum. Tapi dua tahun kemudian prestasi itu melorot ke peringkat 4 di SEA Games XXVII/2013 Myanmar dan jatuh lagi ke peringkat 5 pada SEA Games XXVIII/2015 Singapura.
Secara umum prestasi kita jelas menurun kalau dibandingkan dengan dua SEA Games terakhir ini. Oleh sebab itu, saya mengharapkan para pelaku olahraga di Tanah Air ini jujur memilih atlet. Dan atlet yang terpilih sebagai atlet pelatnas harus mempertanggungjawabkannya dengan prestasi.
Seperti apa tanggung jawab atlet kalau memang kemampuannya tidak bisa mengalahkan lawan di tingkat Asia Tenggara?
Atlet Pelatnas itu harus bersungguh-sungguh. Mereka dikasih uang saku oleh pemerintah lewat dana APBN, dan itu harus dipertanggungjawabkan dengan bekerja keras dalam latihan. Mereka dibayar untuk latihan delapan jam sehari. Empat jam pagi dan empat jam sore.
Kalau waktu yang sudah ditetapkan itu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh dan berlatih dengan keras, saya rasa hasilnya akan baik. Tentu saja program latihan yang dibuat sang pelatih harus memenuhi standar untuk tingkat nasional.
Apa Anda melihat pemilihan atlet Pelatnas sudah benar?
Perkara benar atau tidak itu kita kembalikan kepada kejujuran para pengurus cabor masing-masing. Toh di Satlak Prima sendiri ‘kan ada tim seleksi yang bekerja menyaring atlet. Idealnya, tentu yang dipilih untuk mewakili negara ini mereka yang terbaik. Orang-orang pilihan yang memang berprestasi.
--> Brigjen TNI Hafil Fuddin, Co Chief de Mission (CDM) kontingen Indonesia pada SEA Games XXVI/2011 untuk Palembang, sadar betul tentang hal itu. Menurut dia, setiap induk organisasi olahraga harus jujur menyeleksi atletnya memilih yang terbaik untuk membela bangsa, tanpa pilih kasih. Begitu pula dengan cabang biliar yang dinaunginya sebagai Ketua Harian PB POBSI.
Seperti apa tanggung jawab atlet terhadap pemerintah yang mendanainya dalam pemusatan latihan nasional (Pelatnas)? Berikut wawancara dengan Brigjen TNI Hafil Fuddin usai pelantikan pengurus baru Pengprov POBSI DKI Jakarta periode 2015 – 2019 di Jakarta, kemarin.
Anda begitu serius mengurusi olahraga di tengah kesibukan sebagai anggota TNI, khususnya cabang olahraga biliar. Bagaimana menurut Anda kondisi olahraga nasional sekarang ini?
Ya, saya masih ingat ketika memimpin kontingen Indonesia sebagai CDM untuk Palembang pada SEA Games XXVI/2011. Saat itu Indonesia sebagai tuan rumah keluar sebagai juara umum. Tapi dua tahun kemudian prestasi itu melorot ke peringkat 4 di SEA Games XXVII/2013 Myanmar dan jatuh lagi ke peringkat 5 pada SEA Games XXVIII/2015 Singapura.
Secara umum prestasi kita jelas menurun kalau dibandingkan dengan dua SEA Games terakhir ini. Oleh sebab itu, saya mengharapkan para pelaku olahraga di Tanah Air ini jujur memilih atlet. Dan atlet yang terpilih sebagai atlet pelatnas harus mempertanggungjawabkannya dengan prestasi.
Seperti apa tanggung jawab atlet kalau memang kemampuannya tidak bisa mengalahkan lawan di tingkat Asia Tenggara?
Atlet Pelatnas itu harus bersungguh-sungguh. Mereka dikasih uang saku oleh pemerintah lewat dana APBN, dan itu harus dipertanggungjawabkan dengan bekerja keras dalam latihan. Mereka dibayar untuk latihan delapan jam sehari. Empat jam pagi dan empat jam sore.
Kalau waktu yang sudah ditetapkan itu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh dan berlatih dengan keras, saya rasa hasilnya akan baik. Tentu saja program latihan yang dibuat sang pelatih harus memenuhi standar untuk tingkat nasional.
Apa Anda melihat pemilihan atlet Pelatnas sudah benar?
Perkara benar atau tidak itu kita kembalikan kepada kejujuran para pengurus cabor masing-masing. Toh di Satlak Prima sendiri ‘kan ada tim seleksi yang bekerja menyaring atlet. Idealnya, tentu yang dipilih untuk mewakili negara ini mereka yang terbaik. Orang-orang pilihan yang memang berprestasi.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
0 komentar:
Posting Komentar