Sumber Asli -- C0I - Mantan pelatih PSIS Semarang dan PSS Sleman Sartono Anwar mengecam "sepak bola gajah", termasuk saat pertandingan antara kedua klub itu yang berbuntut sanksi dari PSSI.
"Jadi, yang kemarin bertanding itu mestinya pasien rumah sakit jiwa. Pasien RSJ Semarang melawan pasien RSJ Sleman. Masa memasukkan bola di gawang sendiri. Kenapa sampai begitu?" katanya di Semarang, Sabtu.
Hal itu diungkapkan Sartono yang berkat tangan dinginnya pernah mengantarkan PSIS Semarang menjuarai Liga Indonesia 1987, saat diskusi bertajuk "PSIS (Belum) Mati" yang berlangsung di Kafe Mr.K Semarang.
Sartono menyesalkan kedua tim yang pernah diasuhnya itu sampai melakukan gol bunuh diri pada pertandingan babak delapan besar Divisi Utama yang kabarnya dilakukan untuk menghindari bertemu Borneo FC.
"Begini, awalnya adalah ketidakjujuran. Ketidakjujuran selalu jadi masalah, termasuk dalam rumah tangga di keluarga. Ketidakjujuran kecil akibatnya kecil, kalau besar akibatnya juga besar," katanya.
Menurut dia, semestinya para pemain PSIS tidak membalas gol bunuh diri yang dimulai oleh pemain PSS Sleman, melainkan melaporkannya kepada PSSI, namun nasi sudah menjadi bubur atau semua sudah terjadi.
Meski menyesalkan dengan pemain yang melakukan gol bunuh diri, Sartono berpesan kepada jajaran manajemen PSIS Semarang untuk tetap berusaha agar klub tersebut semakin bagus dan berprestasi ke depannya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) PT Mahesa Jenar selaku pengelola PSIS Semarang Yoyok Sukawi mengatakan akan menyiapkan langkah banding atas sanksi yang diberikan oleh Komdis PSSI.
Ia mengatakan masih menunggu keputusan resmi atas sanksi yang diberikan oleh Komdis PSSI kepada PSIS dan PSS Sleman karena selama ini memang belum menerima pernyataan resmi atas sanksi tersebut.
Yoyok mengakui sanksi yang diberikan oleh Komdis kepada pelatih, manajer, "official", pemain, dan sebagainya itu memang bisa diupayakan banding, mengingat sanksi yang diberikan itu sangat berat.
"Saya tegaskan bahwa tidak pernah ada instruksi untuk melakukan gol bunuh diri. Itu spontanitas melihat pemain PSS Sleman melakukan gol bunuh diri. Saya berani disumpah dengan cara apapun," tegas Yoyok.
Seperti diwartakan, Komdis PSSI memberikan hukuman bervariatif kepada pelatih, manajer, "official", pemain di lapangan, hingga pemain cadangan PSIS dan PSS berupa larangan beraktivitas sepak bola dan denda.
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
"Jadi, yang kemarin bertanding itu mestinya pasien rumah sakit jiwa. Pasien RSJ Semarang melawan pasien RSJ Sleman. Masa memasukkan bola di gawang sendiri. Kenapa sampai begitu?" katanya di Semarang, Sabtu.
Hal itu diungkapkan Sartono yang berkat tangan dinginnya pernah mengantarkan PSIS Semarang menjuarai Liga Indonesia 1987, saat diskusi bertajuk "PSIS (Belum) Mati" yang berlangsung di Kafe Mr.K Semarang.
Sartono menyesalkan kedua tim yang pernah diasuhnya itu sampai melakukan gol bunuh diri pada pertandingan babak delapan besar Divisi Utama yang kabarnya dilakukan untuk menghindari bertemu Borneo FC.
"Begini, awalnya adalah ketidakjujuran. Ketidakjujuran selalu jadi masalah, termasuk dalam rumah tangga di keluarga. Ketidakjujuran kecil akibatnya kecil, kalau besar akibatnya juga besar," katanya.
Menurut dia, semestinya para pemain PSIS tidak membalas gol bunuh diri yang dimulai oleh pemain PSS Sleman, melainkan melaporkannya kepada PSSI, namun nasi sudah menjadi bubur atau semua sudah terjadi.
Meski menyesalkan dengan pemain yang melakukan gol bunuh diri, Sartono berpesan kepada jajaran manajemen PSIS Semarang untuk tetap berusaha agar klub tersebut semakin bagus dan berprestasi ke depannya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) PT Mahesa Jenar selaku pengelola PSIS Semarang Yoyok Sukawi mengatakan akan menyiapkan langkah banding atas sanksi yang diberikan oleh Komdis PSSI.
Ia mengatakan masih menunggu keputusan resmi atas sanksi yang diberikan oleh Komdis PSSI kepada PSIS dan PSS Sleman karena selama ini memang belum menerima pernyataan resmi atas sanksi tersebut.
Yoyok mengakui sanksi yang diberikan oleh Komdis kepada pelatih, manajer, "official", pemain, dan sebagainya itu memang bisa diupayakan banding, mengingat sanksi yang diberikan itu sangat berat.
"Saya tegaskan bahwa tidak pernah ada instruksi untuk melakukan gol bunuh diri. Itu spontanitas melihat pemain PSS Sleman melakukan gol bunuh diri. Saya berani disumpah dengan cara apapun," tegas Yoyok.
Seperti diwartakan, Komdis PSSI memberikan hukuman bervariatif kepada pelatih, manajer, "official", pemain di lapangan, hingga pemain cadangan PSIS dan PSS berupa larangan beraktivitas sepak bola dan denda.
- ***
========= Dukungan untuk Cinta Olahraga Indonesia bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
-->
0 komentar:
Posting Komentar