Kamis, 17 Oktober 2013

Andi Mallarangeng Terperosok di Puncak Karier

Sumber Asli -- C0I - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menahan Andi Mallarangeng, salah satu tersangka kasus dugaan korupsi pada proyek pembangunan di Hambalang. Mantan menpora itu ditahan setelah diperiksa penyidik sekitar tujuh jam.





Pemeriksaan politikus Partai Demokrat itu mengundang perhatian masyarakat lantaran kasus mantan juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini sudah berlangsung sejak lama. Sejak dicekal dan berstatus tersangka pada 3 Desember 2012, penanganan perkara Andi Mallarangeng dirasakan lamban dan dikesankan adanya intervensi dari kekuasaan.



Namun, KPK menepis anggapan-anggapan itu dengan alasan belum ditahannya Andi lantaran menunggu hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Beberapa pekan lalu, BPK telah merampungkan hasil audit kerugian negara pada proyek Hambalang.



Dengan ditahannya Andi oleh KPK, Kamis (17/10/2013), berarti 'Jumat Keramat' sudah tidak 'keramat' lagi. Pada Jumat lalu, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat itu diperiksa KPK sebagai tersangka untuk yang pertama kalinya. Saa tiba di KPK, Andi menyatakan kesiapannya untuk ditahan. Makanya, dia telah membawa koper pakaian sebagai persiapan penahanannya.



Teka-teki penahanan Andi Mallarangeng terjawab sudah hari ini. Usai diperiksa penyidik, Andi keluar dengan menggunakan rompi orange atau rompi sebagai tahanan KPK.



Berikut profil lelaki berkumis tebal yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 14 Maret 1963 itu. Ia merupakan anak sulung dari pasangan Wali Kota Pare-pare termuda Andi Mallarangeng-Andi Asni Patoppoi.



Doktor lulusan Nothrern Illinois, Amerika Serikat, itu merupakan menpora ke-10 menggantikan Adhyaksa Dault. Karier Andi bermula dari dosen Fisip Universitas Hasanuddin, namun pada 1999 ia mengadu nasib ke ibu kota menjadi dosen pada Institut Ilmu Pemerintahan.



Keikutsertaan Andi dalam gerakan reformasi menjadikannya anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), wakil pemerintah, yang menyelenggarakan pemilu demokratis pertama pada 1999.



Setelah dibentuknya kementerian otonomi daerah dalam pemerintah era reformasi, ia mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai staf ahli menteri negara otonomi daerah (1999-2000). Namun kementerian itu dibubarkan.



Ayah tiga anak tersebut kemudian bekerja mengembangkan ide tata pemerintahan yang baik sebagai Chair of Policy Committee pada Partnership for Govermance Reform in Indonesia (2000-2002).



Ia pernah mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Ryaas Rasyid pada 2002, namun keluar dua tahun kemudian. Andi yang gagal dalam bursa calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta, akhirnya dipercaya jadi juru bicara presiden pada 2004-2009.



Setelah itu, ia tercatat sebagai kader Partai Demokrat dengan posisi sebagai salah satu ketua DPP. Ia bahkan turut membintangi iklan partai ini yang menolak korupsi, dan ikut dalam perebutan kursi ketua umum Partai Demorkat dalam kongres di Bandung.



Menjadi menpora bisa dikatakan menjadi karier puncak Andi Alfian Mallarangeng. Namun, jabatan ini pula yang menjerumuskan dirinya dan menjadikannya sebagai tersangka korupsi proyek Hambalang sebesar Rp2,5 triliun.



Andi Alfian Mallarangeng merupakan anak dari Andi Mallarangeng Sr. (1936-1972), Wali Kota Parepare. Ayahnya menjadi wali kota pada usia 32 tahun. Ayahnya meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi Alfian berusia sembilan tahun.



Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi, dan kakeknya, Andi Patoppoi (1910-1977), mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah, dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan, membesarkannya.

- ***


-->

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2013 berita hangat - Template by Efachresya - Editor premium Top coi