Sumber Asli -- C0I - PRESTASI buruk yang dicapai olahraga Indonesia di pesta olahraga Asia Tenggara, SEA Games XXVII Myanmar, di pengujung tahun 2013 lalu, cukup menyesakkan. Melesetnya target perolehan medali dari 120 emas seperti dicanangkan Menpora Roy Suryo, membuat kontingen Indonesia terpuruk ke posisi ke-4 perolehan medali, yakni dengan 65 emas, serta sejumlah perak dan perunggu.
- Indonesia yang pernah jaya dan sangat disegani di kawasan Asia Tenggara, di Myanmar benar-benar tidak berkutik. Sejak ambil bagian di SEA Games tahun 1977, perolehan di Myanmar merupakan ketiga kalinya Indonesia gagal masuk tiga besar. Sebelumnya tahun 2005 (posisi ke-5) dan tahun 2007 (posisi ke-4).
- Indonesia pernah sangat disegani negara-negara peserta SEA Games, termasuk oleh Thailand dan Malaysia yang merupakan "raja" saat pesta olahraga ini bernama SEAP Games (pesta olahraga semenanjung) yang belum diikuti Indonesia. Namun, sukses 10 kali juara umum periode 1977-2011 kini benar-benar tidak berbekas.
- Karena itu, siapa pun yang bertanggung jawab terhadap perkembangan olahraga nasional, apakah Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI), tidak boleh buang badan. Mereka harus duduk bersama, mengevaluasi hasil yang dicapai dan mencarikan solusi.
- Kenapa tidak belajar pada masa lalu, ketika negeri ini memiliki tokoh dan pembina olahraga nasional sekelas Hamengku Buwono IX, Dadang Suprayogi, serta sederet teknokrat olarhaga MF Siregar, Soewaro, sampai pada bermunculannya sejumlah pengusaha yang ikut mendukung, seperti Bob Hasan, dan bersaingnya sejumlah menteri berebut menjadi ketua umum induk organisasi.
- Ketika itu tidak ada masalah dengan KONI dan KOI. Bahkan sejak 1967, ketika Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI, posisi itu dirangkap Ketua Umum KONI di bawah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Di era mereka itulah olahraga nasional sangat menjanjikan dan membanggakan.
- KONI kala itu ibarat sekeping mata uang dengan dua sisi saling mendukung. Ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia. Kemudian sejak munculnya kesepakatan pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI, prestasi olahraga pun merosot. Perebutan kekuasaan membuat pembinaan tidak maksimal.
- Banyak yang mengakui bahwa pemisahan KONI dan KOI menjadi salah satu penyebab ambruknya olahraga Indonesia. Persaingan antara keduanya-saling merasa berhak dan bertanggung jawab-jelas akan berdampak pada pembinaan. Karena itu harus ada jalan keluar. Menpora sebagai wakil pemerintah selayaknya meninjau pemisahan KONI dan KOI.
- Jika betul ada masalah, kenapa tidak digabung, toh UU bisa direvisi bila ternyata tak cocok dalam membangun prestasi olahraga nasional. Ingat, tantangan semakin berat. Tahun 2014 ini ada Asian Games di Korea Selatan dan tahun 2016 Olimpiade di Rio De Janeiro, Brasil. Demi kemajuan olahraga, semua harus legowo. Jangan sandera olahraga untuk kepuasan pribadi atau kelompok.***
- ***
========= Dukungan ANDA amat kami butuhkan agar lebih semangat dan berprestasi. Berapa pun dukungan Anda akan membuat kami lebih mengenal Anda dan kami pun tambah semangat untuk berkarya dan meningkatkan prestasi. Semua demi Anda. Terimakasih Dukungan bisa dikirimkan langsung melalui: BANK BCA KCP PALMERAH NO REKENING 2291569317 BANK MANDIRINO REKENING 102-00-9003867-7 =========
-->
0 komentar:
Posting Komentar